Senin, 30 Maret 2015

Kita (katanya) Jodoh!!!

“kalo diliat-liat toh, mirip mukamu” kata seorang teman tiba-tiba, “Ahhh masa’, aii kau ji itu yang kasi sama-sama i ” jawabku singkat. “Iya kah?? Bisa jadi iya” jawab teman itu.
Percakapan pertama tentang kemiripan kami dimulai. Sempat mengganggu sih, tapi sudahlah lupakan saja mungkin saja dia yang salah. Begitu waktu berlalu tanpa ada yang mengungkit-ungkit masalah itu kembali.
“eh ikka, semakin mirip ki mukamu sama dia” kata teman itu kembali
“ihhh sugesti diri ji itu, kau yang kasi mirip-mirip ki”
“tidak… mirip betulan ko!!!”
“ahh kalo mirip kenapa mi bede’??
“Jodoh ko kali!”
Deg.... jadi tak bisa bicara apa-apa, tak seperti sebelumnya yang hanya berlalu. Tapi kini sedikit merasuk ke fikiran. “apa iya??” gumam ku dalam hati. Kesibukan menumpuk semua fikiran itu, tinggal mengendap difikiran. Tak terlihat untuk sementara karena ada hal yang menutupinya. Tapi tetap saja tak hilang. Ucapan seperti itu kini bukanlah hal yang luar biasa lagi buatku, sudah wajar kalo teman-teman mengatakan demikian karena sedemikian seringnya kata-kata itu terdengar.
Hingga suatu hari rasanya begitu penasaran, kebetulan waktu itu juga kudapati fotonya yang lebih jelas berkeliaran di BBM, iseng ku save kemudian kukirimkan kepada seorang teman dekat ku yang tingga jauh dari kami dan pastinya tak tau sama sekali tentang kami. dan… jawaban itu sungguh mengejutkan
“siapa itu?? Mirip ko”
Duhh ntah mau seperti apa, dan harus bagaimana. Disatu sisi ada sedikit bahagian, tapi disisi lain sebenarnya aku tak menginginkannya karena itu artinya harus lebih sadis lagi membunuh perasaan itu.
Hari itu, kamis jam makan siang. Tak disengaja ternyata kita bertemu kembali. Yah seperti biasa, harus sabar karena yang menjadi bahan bercandaan teman-teman adalah kami. Tak habis fikir diriku, kenapa mereka yang begitu semangat dengan kami, padahal aku dan dirinya saja bisa dihitung jari pembicaraan kami. Yah.. hanya bisa tersenyum dan mengelak semampunya tanpa harus terlihat canggung.
Hingga terdengar kata-kata seorang teman “ini anak berdua saling tau ji itu, dewasami tawwa perasaannya”
Degg… singkat memang tapi hingga berhari hari kata-kata itu terus terngiang, sungguh mengganggu berhari-hari. Begitukah kami terlihat, saling memendam dalam hati. Biarlah kalau memang demikian karena kami saling menjaga.
Pembicaraan tentang kami semakin santer terdengar, peristiwa secara kebetulan tak terelakkan mempertemuka kami, ntah itu disengaja olehnya atau memang kebetulan. Diakui atau tidak peristiwa itu seperti pupuk yang menumbuhkan perasaan itu semakin cepat. Semakin cepat dan cepat, ya ALLAH, cobaan itu benar-benar nyata. Mungkin dulu sempat terlalu sombong mengatakan hal semacam ini bukanlah lagi sesuatu yang perlu saya takutka, tapi kenyataannya kini ha itu semakin mengancam hatiku. Bertahan adalah cara yang harus kutempuh, setiap hari perasaan itu harus kubunuh tanpa ampun karena tak ada yang menjami semuanya, karena saya tau kami (belum tentu) jodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar