Jumat, 06 Maret 2015

Maka, tersenyumlah sesering-seringnya, sebelum senyum itu benar-benar menyakitkan



5.20 subuh, belum sempat kukumpulkan semua tenagaku, tapi sudah bisa kurasakan sakitnya. Tak kusengaja tangan kiriku sedikit mengenai pipi kiriku, Aduhh… aku menjerit dalam keadaan setengah sadar. Bisa kurasa sepertinya pipiku mulai tak normal, seperti ada yang mengganjal didalam.
Berusaha mengumpulkan semua kesadaran mencari kunci kamar yang terletak tak jauh dari tempatku tidur, berusaha bangkit menuju pintu dalam keadaan gelap dengan penerangan lampu kamar yang belum kunyalakan. Bukan karena mati lampu, tapi memang hanya lebih nyaman rasanya melaksanakan shalat subuh ditengah suasana remang lebih sunyi dan lebih khusuk rasanya.
Diluar masih gelap, belum ada sepertinya yang terjaga selain aku, hmm aromanya benar-benar asri. Segera kumenuju WC membasuh tangan dan memasukkan air di mulut dan seketika rasanya menyengat sampai kekepala, benar-benar ada yang tidak beres dengan gigi ku hari ini. Dengan menahan sakit, segera wudhu kuselesaikan dan melaksanakan kewajiba sebagai seorang muslim. Setelah salam ke kiri, segera kumenuju kaca kecil dikamar, dan memang benar pipiku sudah tak normal dan lubang gigi didalam mulutku yang menganga sepertinya menjadi penyebabnya.
Masker menjadi pilihan tepat untuk menyembunyikan keadaan pipiku yang tidak normal, aku tidak terlalu PD berjalan dengan wajah “tembem” sebelah. Malas juga jika harus menjawab pertanyaan beberapa orang tentang keadaa wajahku yang kurang normal. Betul-betul cobaan, jika orang Meggy Z mengatakan “lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati”  sungguh, jika bisa memilih lebih baik sakit hati deh…
Jangankan berbicara, senyumpun sungguh perih. Terbilang sulit bagi orang sepertiku yang banyak bicara. Mungin bagi mereka yang terhitung pendiam bukanlah masalah besar. Sungguh tak nyaman disaat teman-teman bertanya sungguh sulit untuk tak menjawab tapi sakitnya tuh sampai dikepala. Sungguh bersalah rasanya bertemu mereka yang kukenal tapi tak menyapa, tapi aku yakin mereka tak akan sungguh sulit mendengar apa yang aku ucapkan karena memang mulut sebelah kiriku tak bisa sempurna terbuka. Sungguh tak enak rasanya melihat mereka yang kukenal tapi tak sanggup tersenyum, semoga saja mereka mengerti, sungguh aku betul-betul ingin tersenyum pada mereka.

Hai! Kau yang sedang sehat-sehat saja,
tersenyumlah sesering-seringnya selagi itu tersenyum tak membuatmu sakit
Jawab semua pertanyaan mereka selagi kau mampu berbicara
sapa mereka selagi kau melihatnya
Lakukan itu selagi kau masih mampu melakukannya jangan sampai kau menyesal disaat hal itu benar-benar kau tak mampu melakukannya.

Maka tak akan terjadi sesuatu tanpa seizin Allah dan tentulah ada yang ingin Allah katakan kepadaku…
Surat Al-Baqarah ayat 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ .وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
 
Artinya : “Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit setakutan,kelaparan, dan kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar