Hadiahnya terlambat sekali yah :D, maklum baru bsanya sekarang sih heheh... any way selamat untuk yang paling duluan wisuda diantara kami :) *edisi sudah mulai bosan
Senin, 16 Mei 2016
Konsep Arus Kas (Teori Akuntansi)
A.
DEFINISI ARUS KAS
Arus kas merupakan arus masuk dan keluar dari
suatu perusahaan. Arus kas disajikan dalam suatu laporan arus kas. Arus Kas
adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash equivalent) atau
investasi yang sifatnya sangat likuid,berjangka pendek dan yang cepat dapat di
jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan (Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 22).
B.
LAPORAN ARUS KAS
Cash flow statement atau laporan arus
kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun
laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan.
Agar menghasilkan keuntungan tambahan,
perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang
dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian
perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Pada dasarnya ada beberapa motif (dorongan)
yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas. Dorongan-dorongan
inilah yang menentukan jumlah kas yang harus dimiliki perusahaan. Motif-motif
tersebut, antara lain:
1.
Motif Transaksi (Transaction Motive).
Motif Transaksi dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah uang
tunai untuk membiayai kegiatannya sehari-hari, seperti: untuk gaji dan upah,
membeli barang, membayar tagihan dan pembayaran hutang kepada kreditur apabila
jatuh tempo.
2.
Motif Berjaga-jaga (Safety Motive / Precautionary Motive).
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang
mungkin terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya, seperti: kerusakan
mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran dan kecelakaan.
3.
Motif Spekulatif (Speculative Motive).
Motif Spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan
itu ada, seperti: perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk
diinvestasikan pada sekuritas (saham atau obligasi) dengan harapan setelah
membeli sekuritas tersebut harganya akan naik.
4.
Motif Compensating Balance
Motif ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat
meminjam sejumlah uang di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank,
biasanya bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang
di dalam rekeningnya. Misalnya: suatu perusahaan meminjam dana dari bank
sebesar Rp 500 juta dan bank mengharuskan perusahaan memiliki simpanan di bank
tersebut dengan saldo Rp 50 juta. Jumlah inilah yang disebut sebagai
compensating balance.
C.
TUJUAN LAPORAN ARUS KAS
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya . Tujuan
Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun
pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas
sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan
alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil
pendapatan utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas
untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan
dividen kepada para investor. Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan
menyajikan laporan arus kas.
D.
KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan
keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang
memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan
keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.
Informasi tersebut juga meningkatkan daya
banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama.
Informasi arus kas historis sering digunakan
sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
Informasi arus kas juga berguna untuk meneliti
kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan
dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta
dampak perubahan harga.
E.
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu
1. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
1.
Hasil penjualan
produk/jasa perusahaan.
2.
Penagihan piutang dari
penjualan kredit.
3.
Penjualan aktiva tetap
yang ada.
4.
Penerimaan investasi
dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.
5.
Pinjaman/hutang dari
pihak lain.
6.
Penerimaan sewa dan
pendapatan lain.
7.
Cash out flow
Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri
dari:
1.
Pengeluaran biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.
2.
Pengeluaran biaya
administrasi umum dan administrasi penjualan.
3.
Pembelian aktiva tetap.
4.
Pembayaran
hutang-hutang perusahaan.
5.
Pembayaran kembali
investasi dari pemilik perusahaan.
6.
Pembayaran sewa, pajak,
deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.
Jumat, 13 Mei 2016
Rabu, 11 Mei 2016
(Teori Akuntansi) KONSEP BIAYA
A.
Pengertian
Biaya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa
cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebt dengan
biaya. FASB (1980)mendefinisikan biaya sebagai
aliran keluar (outflows) atau
pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu
periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penerahan jasa
atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu
entitas.
Sedang IAI (1994) mendefinisikan
biaa (beban) sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengkibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal (pararap 70).
Dari pengertian di atas dapat
dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun
kadang-kadang harus melalui hutang terlebih dahulu. Konseptual baiya lebih
bersifat penurunan aktiva daripada kenaikan hutang. Biaya akan terjadi bila
produk tertentu diserahkan untuk menciptakan pendapatan. Penggunaan aktiva
dapat dikatakan sebagai biaya apabila penggunaan tersebut berkaitan langsung
dengan penyerahan produk (menghasilkan pendapa tan) dan bukan pengubahan aktiva
menjadi potensi jasa(aktiva lain) yang lain.
Sementara Kam (1990) mendefinisikan
biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas
pemegang saham (stockholder’s equity)
sebagai akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk
menghasilkan pendapatan pada periode berjalan. Misalnya, perusahaan menggunakan
jasa tenaga kerja dan pgaji tenaga kerja tersebut dibayar dengan kas atau
aktiva lain. Pemakaian jasa tresebut jelas menunjukkan adanya penurunan nilai
aktiva (berkurangnya kas atau aktiva lain). Apabila tenaga kerja tersebut tidak
langsung dibayar atau dibayar di lain waktu, maka penggunaan jasa tenaga kerja
tersebut akan menaikkan hutang. Sementara itu, bila tenaga kerja dibayar dengan
sejumlah tertentu saham, penggunaan tenaga kerja akan menambah stockholder’s equity.
B.
BIAYA DAN
RUGI (LOSSES)
Atas dasar definisi biaya diatas
dapat dikatakan bahwa yang termasuk biaya hanya cost yang benar-benar
dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Penggunaan aktiva atau pengurangan
cost aktiva yang tidak berkaitan dengan proses memperoleh pendapatan seharusnya
dikelompokan sebagai rugi(losses). Memang rugi dan biaya merupakan
perubahan-perubahan yang relevan, yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
laba perusahaan. Akan tetapi, hanya biaya yang harus ditandingkan dengan
pendapatan pada periode terjadinya.
Agar pemakai laporan keuangan
mendapatkan tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat disertakan dalam
laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba komprehensif. Rugi sebaiknya
disajikan terpisah dari biaya. Koreksi terhadap besarnya biaya periode
terdahulu, tiak dapat diperlakukan sebagai rugi. Koreksi tersebut harus
diklasifikasikan secara terpisahsebagai “koreksi kesalahan periode sebelumnya”.
Dari definisi yang terdapat dalam
konsep dasarpenyusunan dan penyajian laporan keuangan, IAI (1990) tidak
memisahakan biaya dengan rugi. Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan
secara langsung ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan disebut
dengan biaya. IAI (1990) bahkan secara spesifik menyebutkan hal tersebut
seperti yang tertulis pada paragrap 78 berikut ini “Kerugian termasuk dalam
kelook beban”.
C.
PENGUKURAN
DAN PENGAKUAN BIAYA
1.
Pengukuran Biaya
Sejalan dengan penilaian aktiva,
biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian
aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran biaya dapat didasarka pada:
a.
Cost Historis
Cost historis merupakan jumlh rupiah kas atua
setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas dasar
cost historis, dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan
sebagainya.
b.
Cost Pengganti/Cost Masukan Terkini
(Replacement Cost/ Curent Input Cost)
Cost masukan
terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan
sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi
yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
c.
Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas
adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis
aktiva dipasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya
didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi
yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini
Meskipun ada
berbagai dasar penilaian, dalam praktik yang paling banyak digunakan untuk
mengukur biaya adalah cost historis.
2.
Pengakuan Biaya
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu: (a) Sebagai
aktiva(potensi jasa) dan (b) Sebagai beban pendapatan (biaya). Atas dasar
konsep kontinuitas usaha, cost mula-mula diperlakukan sebagai aktiva dan
kemuian baru diperlakukan sebagai pengurang pendapatan(biaya). Misalnya, cost
persediaan ada awalnya dicatat/di akui sebagai aktiva. Apabila cost tersebut
telah dinytakan keluar (dijual) untuk menghasilkan pendapatan, maka cost
tersebut dinyatakan sebagai biaya, dengan nama cost barang terjual (cost of
goods sold).
(Teori Akuntansi) Konsep Laba
A.
Pengertian Laba
Laba
merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang,
tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut.
Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda
tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
Menurut Belkaoui : Laba merupakan suatu
pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan
dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi,
dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Menurut Commite On Terminology, Sofyan
Syafri H Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok
produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
Menurut Stice, Skousen Laba adalah
pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat
diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang
sama dengan posisi awalnya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Laba
merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau
beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
B.
Karakteristik Income
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat
disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai
berikut :
1) Kenaikan
kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2) Perubahan
terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3) Perubahan
dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan,
modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun
yang dapat dinilai dengan uang.
C.
Fungsi Perhitungan Income
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan
informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung
berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan
sebagai berikut :
1) Indikator
efisiensi penggunaan modal atau biaya
2) Pengukur
prestasi atau kinerja management
3) Alat
motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4) Dasar
penentuan besarnya pengenaan pajak
5) Dasar
penghitungan deviden
6) Dasar
pembagian kompensasi dan bonus
7) Pedoman
dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8) Dasar
peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
D.
Jenis-Jenis Income
Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan
keuangan dibedakan menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan
tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk
masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
No
|
Jenis Income
|
Penerima Informasi Income
|
Perhitungan Income
|
1.
|
Value Added
|
Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah
|
Harga jual produk – Cost yang dikeluarkan
|
2.
|
Enterrprise Net Income
|
Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan Pemerintah
|
(Revenue – Expenses) +
(Gains – Loses) tidak termasuk Biaya bunga, Pajak penghasilan, dan
Pembagian deviden
|
3.
|
Net Income to Investors
|
Pemegang saham dan Pemegang obligasi
|
Seperti butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
|
4.
|
Net Income to Shareholders
|
Pemegang saham (Preffered stock dan Common stock)
|
Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
|
5.
|
Net Income to Residual Shareholders
|
Pemegang saham Common stock
|
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi deviden Preferred Stock
|
E.
Konsep Income dalam Aspek Tataran (Level) Semiotika
Sebagai salah satu elemen akuntansi, laba
digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami sebagai suatu bahasa yang
dapat dikomunikasikan maksudnya kepada para pengguna. Berikut adalah ciri-ciri
tiap tataran dalam Teori Komunikasi :
Tataran
|
Sasaran Bahasan
|
Penekanan Komunikasi
|
Sintaktika
|
Aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)
|
Operasional, Penandaan
|
Semantika
|
Aspek isi tanda bahasa (makna)
|
Penafsiran, Pelambangan
|
Pragmatika
|
Keefektifan tanda bahasa (efek komunikatif)
|
Fungsional, Pengaruh
|
F.
Konsep Income dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan
dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa laporan pada simbol
atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada
tataran ini, teori menekankan makna yang harus dimiliki oleh konsep laba,
seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan perusahaan yang
diinterpretasikan oleh laba. Laba harus dapat memberikan informasi kepada para
pengguna laporan keuangan mengenai berbagai teori, misalnya kenaikan jumlah
asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan. Berbagai implementasi laba
dalam tataran semantik yaitu :
1) Pengukur
Kinerja
2) Konfirmasi
Harapan Investor
3) Estimator
Laba Ekonomik
Langganan:
Postingan (Atom)