A.
Pengertian Laba
Laba
merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang,
tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut.
Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda
tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
Menurut Belkaoui : Laba merupakan suatu
pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan
dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi,
dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Menurut Commite On Terminology, Sofyan
Syafri H Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok
produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
Menurut Stice, Skousen Laba adalah
pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat
diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang
sama dengan posisi awalnya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Laba
merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau
beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
B.
Karakteristik Income
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat
disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai
berikut :
1) Kenaikan
kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2) Perubahan
terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3) Perubahan
dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan,
modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun
yang dapat dinilai dengan uang.
C.
Fungsi Perhitungan Income
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan
informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung
berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan
sebagai berikut :
1) Indikator
efisiensi penggunaan modal atau biaya
2) Pengukur
prestasi atau kinerja management
3) Alat
motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4) Dasar
penentuan besarnya pengenaan pajak
5) Dasar
penghitungan deviden
6) Dasar
pembagian kompensasi dan bonus
7) Pedoman
dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8) Dasar
peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
D.
Jenis-Jenis Income
Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan
keuangan dibedakan menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan
tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk
masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
No
|
Jenis Income
|
Penerima Informasi Income
|
Perhitungan Income
|
1.
|
Value Added
|
Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah
|
Harga jual produk – Cost yang dikeluarkan
|
2.
|
Enterrprise Net Income
|
Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan Pemerintah
|
(Revenue – Expenses) +
(Gains – Loses) tidak termasuk Biaya bunga, Pajak penghasilan, dan
Pembagian deviden
|
3.
|
Net Income to Investors
|
Pemegang saham dan Pemegang obligasi
|
Seperti butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
|
4.
|
Net Income to Shareholders
|
Pemegang saham (Preffered stock dan Common stock)
|
Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
|
5.
|
Net Income to Residual Shareholders
|
Pemegang saham Common stock
|
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi deviden Preferred Stock
|
E.
Konsep Income dalam Aspek Tataran (Level) Semiotika
Sebagai salah satu elemen akuntansi, laba
digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami sebagai suatu bahasa yang
dapat dikomunikasikan maksudnya kepada para pengguna. Berikut adalah ciri-ciri
tiap tataran dalam Teori Komunikasi :
Tataran
|
Sasaran Bahasan
|
Penekanan Komunikasi
|
Sintaktika
|
Aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)
|
Operasional, Penandaan
|
Semantika
|
Aspek isi tanda bahasa (makna)
|
Penafsiran, Pelambangan
|
Pragmatika
|
Keefektifan tanda bahasa (efek komunikatif)
|
Fungsional, Pengaruh
|
F.
Konsep Income dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan
dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa laporan pada simbol
atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada
tataran ini, teori menekankan makna yang harus dimiliki oleh konsep laba,
seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan perusahaan yang
diinterpretasikan oleh laba. Laba harus dapat memberikan informasi kepada para
pengguna laporan keuangan mengenai berbagai teori, misalnya kenaikan jumlah
asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan. Berbagai implementasi laba
dalam tataran semantik yaitu :
1) Pengukur
Kinerja
2) Konfirmasi
Harapan Investor
3) Estimator
Laba Ekonomik
G.
Konsep Income dalam Tataran Sintaktik
Konsep laba dalam tataran sintaktik berkaitan
dengan konsep laba yang harus diungkapkan dalam bentuk standar dan prosedur
akuntansi yang mantap serta objektif, sehingga angka laba dapat diukur dan
disajikan dalam suatu laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan
bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih pengukuran dan perbandingan
antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas meliputi saat pengakuan
dan prosedur pengakuan. Kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba dibagi
menjadi tiga yaitu :
1) Pendekatan
Transaksi (Cash Basis)
Dalam
pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan
kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba juga
akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba
atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria
terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi
manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan misalnya jumlah rupiah
aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan
aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2) Pendekatan
Kegiatan (Accrual Basis)
Dalam
pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan
perusahaan dan bukan sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini paralel
dengan konsep penghimpunan sebagai basis akrual pendapatan. Dengan konsep ini,
laba dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan dilakukannya kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas)
walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini
memiliki keunggulan dalam membantu management melakukan analisis internal
seperti mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap kegiatan operasional
perusahaaan.
3) Pendekatan
Pertahanan Kapital
Dalam
konsep pertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital
pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen laba diukur atas
dasar pendekatan aset-kewajiban. Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya
merupakan pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen
neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban merupakan konsekuensi
dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan. Laba
berdasarkan pendekatan ini berarti perbedaan nilai kapital pada dua saat yang
berbeda atau kenaikan kapital dalam suatu periode.
H.
Konsep Income dalam Tataran Pragmatik
Konsep laba dalam tataran pragmatik berkaitan
dengan pengaruh informasi laba terhadap perubahan perilaku para pemakai laporan
keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada pembahasan reaksi pihak yang
dituju oleh informasi akuntansi. Misalnya suatu kejadian pengumuman laba oleh
perusahaan, dikatakan mengandung informasi jika pesan tersebut menyebabkan
perubahan keyakinan para pengguna laporan dan menyebabkan adanya suatu tindakan
tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai reaksi atas kejadian
pengumuman laba tersebut, maka informasi laba dapat dikatakan memiliki manfaat.
Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif,
tataran sintaktik dan semantik pada umumnya bersifat normatif, sedangkan teori
pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori pragmatik juga sering
diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) karena
pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku manusia dalam kaitannya dengan
informasi. Pendekatan dalam proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan
atau tindakan dapat bersifat deduktif maupun induktif.
1.
Pendekatan
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan
yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan
khusus sebagai kesimpulan (konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan
menjadi basis penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin,
atau norma yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam kaitannya dengan tujuan
penyimpulan. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi
penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi.
I.
Konsep Income secara Ekonomi dan Akuntansi
Income atau laba dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu dilihat dari sisi ekonomi dan sisi akuntansi.
Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)
Laba dari sisi ekonomi murni didefinisikan
sebagai peningkatan kekayaan seorang investor dari hasil penanaman modalnya,
setelah dikurangi seluruh biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut.
Definisi Laba Ekonomi
Fischer (1912) mendefinisikan laba ekonomi
sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan berbagai tahapan berbeda
yaitu penikmatan laba psikis, laba nyata, dan laba uang. Lindahl (1919) memiiki
pandangan berbeda dengan mengaitkan konsep laba ekonomi dan bunga, lalu
dihubungkan dengan peningkatan barang modal selama waktu tertentu. Sedangkan
Hicks (1946) mengembangkan kedua konsep di atas dengan mendefinisikan laba
ekonomi sebagai jumlah maksimum yang dikonsumsi selama suatu periode dan pada
akhir periode masih memiliki kekayaan yang sama seperti pada awal periode.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar