A.
DEFINISI ARUS KAS
Arus kas merupakan arus masuk dan keluar dari
suatu perusahaan. Arus kas disajikan dalam suatu laporan arus kas. Arus Kas
adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash equivalent) atau
investasi yang sifatnya sangat likuid,berjangka pendek dan yang cepat dapat di
jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan (Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 22).
B.
LAPORAN ARUS KAS
Cash flow statement atau laporan arus
kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun
laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan.
Agar menghasilkan keuntungan tambahan,
perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang
dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian
perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Pada dasarnya ada beberapa motif (dorongan)
yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas. Dorongan-dorongan
inilah yang menentukan jumlah kas yang harus dimiliki perusahaan. Motif-motif
tersebut, antara lain:
1.
Motif Transaksi (Transaction Motive).
Motif Transaksi dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah uang
tunai untuk membiayai kegiatannya sehari-hari, seperti: untuk gaji dan upah,
membeli barang, membayar tagihan dan pembayaran hutang kepada kreditur apabila
jatuh tempo.
2.
Motif Berjaga-jaga (Safety Motive / Precautionary Motive).
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang
mungkin terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya, seperti: kerusakan
mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran dan kecelakaan.
3.
Motif Spekulatif (Speculative Motive).
Motif Spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan
itu ada, seperti: perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk
diinvestasikan pada sekuritas (saham atau obligasi) dengan harapan setelah
membeli sekuritas tersebut harganya akan naik.
4.
Motif Compensating Balance
Motif ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat
meminjam sejumlah uang di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank,
biasanya bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang
di dalam rekeningnya. Misalnya: suatu perusahaan meminjam dana dari bank
sebesar Rp 500 juta dan bank mengharuskan perusahaan memiliki simpanan di bank
tersebut dengan saldo Rp 50 juta. Jumlah inilah yang disebut sebagai
compensating balance.
C.
TUJUAN LAPORAN ARUS KAS
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya . Tujuan
Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun
pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas
sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan
alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil
pendapatan utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas
untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan
dividen kepada para investor. Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan
menyajikan laporan arus kas.
D.
KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan
keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang
memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan
keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.
Informasi tersebut juga meningkatkan daya
banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama.
Informasi arus kas historis sering digunakan
sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
Informasi arus kas juga berguna untuk meneliti
kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan
dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta
dampak perubahan harga.
E.
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu
1. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
1.
Hasil penjualan
produk/jasa perusahaan.
2.
Penagihan piutang dari
penjualan kredit.
3.
Penjualan aktiva tetap
yang ada.
4.
Penerimaan investasi
dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.
5.
Pinjaman/hutang dari
pihak lain.
6.
Penerimaan sewa dan
pendapatan lain.
7.
Cash out flow
Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri
dari:
1.
Pengeluaran biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.
2.
Pengeluaran biaya
administrasi umum dan administrasi penjualan.
3.
Pembelian aktiva tetap.
4.
Pembayaran
hutang-hutang perusahaan.
5.
Pembayaran kembali
investasi dari pemilik perusahaan.
6.
Pembayaran sewa, pajak,
deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.