Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang
berbeda- beda. Pada perkembangan saat ini, akuntansi dapat kita definisikan
dengan mengacu pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa.
Fungsinya adalah menginformasikan informasi yang kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori akuntansi. Sebeleum menguji
pendekatan dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan
pengujian terlebih dahulu kepada prinsip-prinsip keuangan yang sudah berkembang
saat ini.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu
dasar dalam menjelaskan perilaku serta kejadian akuntansi. Maka dari itu
diperlukan pemahaman lebih mengenai struktur
teori akuntansi secara detail.
Batasan utama dari teori akuntansi telah didefinisikan
sebelumnya sebagai pengukuran dan komunikasi data yang mengungkapkan aktivitas
ekonomi yang terdiri atas tiga elemen:
- Data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
- Pengukuran dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
- Komunikasi dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
Akan tetapi, apresiasi penuh dari lingkup akuntansi saat
ini dan masa depan bergantung tidak hanya pada pemahaman atas teknik-teknik
akuntansi tetapi juga pada pemahamn atas struktur teori akuntansi dari mana
teknik-teknik tersebut diturunkan.
A.
HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun pendekatan dan
metedologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi (deduktif atau
induktif, normatif atau deskriptif), kerangka refensi yang dihasilkan
didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan
teknik akuntansi. Di bawah ini merupakan gambaran dari struktur teori
akuntansi:
Disini akan dibahas mengenai tiga elemen dari teori akuntansi antara lain:
-
Dalil-dalil akuntansi
-
Konsep teoritis dari akuntansi
-
Prinsip-prinsip akuntansi
B.
HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI
Pengembangan dari dalil, konsep teoritis, dan
prinsip-prinsip akuntansi selalu menjadi salah satu tugas yang paling menantang
dalam akuntansi. Kurangnya terminologi yang akurat, yang telah diakui oleh
kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah. Littleton menyatakan bahwa:
“Setiap buku biasanya
berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi, metode, atura,
dalil, praktik, prosedur, prinsip, dan standar. Istilah-istilah ini tidak
mungkin seluruhnya bersifat sinonim.”
Kebingungan semacam ini dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan
perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan
interaktif, dimana tujuan dari akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil
maupun konsep teoritis dari mana teknik tersebut diturunkan. Pembahasan ini
dimulai dengan definisi-definisi berikut:
1.
Dalil akuntansi (accounting
potsulate) adalah pernyataan yang tidak
memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya
dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik,
sosiologi, dan hokum tempat akuntansi beroperasi.
2.
Konsep teoritis (theoretical concept)
dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas,
umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan,
yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu
perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas properti.
3.
Prinsip-prinsip akuntansi (accounting
principles) adalah aturan pengembilan keputusan umum, yang diturunkan baik
dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan
teknik-teknik akuntansi.
4.
Teknik-teknik akuntansi (accounting
technique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu
yang dihadapi oleh antitas akuntansi tersebut.
C.
DALIL-DALIL AKUNTANSI (Accounting Potsulate)
1.
Dalil Entitas
Akuntansi mengukur hasil dari
operasi entitas tertentu, yang terpisah dan berbeda dari si pemilik entitas
tersebut. Dalil entitas (entity postulate) menganggap bahwa
setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan bidang
perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, kejadian dan atribut-atribut
kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil ini memungkinkan
akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan transaksi pribadi.
Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari manajemen kepada pemegang
saham.
Cara lain mendefinisikan suatu
entitas akuntansi adalah dalam hal kepentingan ekonomi dari berbagai pengguna,
dan bukannya aktivitas ekonomi dan pengendalian administrasi dari unit
tersebut. Pendekatan ini berorientasi pada pengguna daripada berorientasi pada
perusahaan. Kepentingan pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dari
perusahaan, mendefinisikan batasan-batasan dari entitas akuntansi dan informasi
yang akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
2. Dalil Kelangsungan Usaha
Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa
entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan
proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan
bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau
bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat
ditentukan. Dalil kelangsungan usaha juga dapat digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer
untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal
kepada suatu perusahaan.
Beberapa teori akuntansi memilih untuk tidak memasukkan
dalil kelangsungan usaha dalam struktur teori akuntansi. Chambers memandang
kelangsungan usaha sebagai suatu entitas yang berada dalam kondisi likuidasi
secara teratur yang terus menerus, dan bukannya suatu entitas yang berada dalam
kondisi likuidasi yang dipaksakan. Interpretasi atas kelangsungan usaha ini
sesuai dengan penggunaan “ekuivalen kas sekarang” yang diusulkan oleh Chambers
sebagai dasar penilaian. Ahli teori lainnya tidak memasukkan dalil kelangsungan
usaha, karena mereka berasumsi bahwa dalil tersebut tidak relevan terhadap
struktur dari teori akuntansi
3. Dalil Unit Pengukuran
Suatu unit pertukaran dan pengukuran adalah perlu untuk
menghitung transaksi dari perusahaan secara seragam. Penyebut (denominator)
umum yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Dapat dipertukarkannya
barang, jasa, dan modal diukur dalam satuan uang. Dalil unit pengukuran
(unit-of-measure postulate) menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran
dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang
Namun, unit moneter mempunyai keterbatasan-keterbatasan
yang melibatkan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukuran. Tidak seperti
satu meter yang panjangnya pastilah 100 sentimeter, daya beli dari unit
moneter, misalnya dollar ($) atau rupiah (Rp.), dapat berubah sepanjgan waktu.
Profesi akuntan menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dengan daya
beli umum sebagai unit pengukuran akuntansi.
4. Dalil Periode Akuntansi
Meskipun dalil kelangsungan usaha menganggap bahwa
perusahaan akan tetap ada selama periode yang tidak terbatas, pengguna
mermelukan beragam informasi mengenai posisi dan kinerja keuangan dari suatu
perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan atas
keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan pengguna, dalil periode akuntansi
(accounting-period postulate) menganggap bahwa laporan keuangan yang
menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya diungkapkan secara
periodik. Durasi dari suatu periode dapat bervariasi, tetapi hukum pajak
penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba tahunan, dan praktik bisnis
tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu tahun.
D.
KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1. Teori Kepemilikan
Menurut Teori Kepemelikan (proprietary theory), entitas
adalah agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahan individual atau
pemegang saham beroperasi. Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan
dan analisis dari kekayaan bersih (net worth) pemilik. Oleh karena itu,
persamaan akuntansi adalah :
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban.
Jika kewajiban dapat dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat
dikatakan sebagai “berpusat pada” aktiva dan sebagai akibatnya, berorientasi
pada neraca. Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam
kepentingan atau kekayaan si pemilik. Dengan demikian, laba bersih atas utang
dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban dividen adalah penarikan modal.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk,
yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam
bentuk pertama, hanya pemegang sahm biasa yang menjadi bagian dari kelompok
pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen
saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dalam bentuk kedua
teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam
ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas dari teori ini memfokuskan perhatian
pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan
kepada semua pemegang saham di laporan laba rugi.
2. Teori Entitas
Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai
sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi
entitas tersebut. Sederhananya, unit bisnis, dan bukannya pemilik, yang menjadi
pusat dari kepentingan akuntansi. Oleh karena itu, persamaan akuntansinya
adalah :
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham
Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari
usaha bisnis, yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori
entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan terminology yang
digunakan dalam praktik. Pertama, teori entitas lebih memilih penggunaan
penilaian persediaan dengan LIFO dan bukannya FIFO, karena penilaian LIFO
menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibat penerapannya dalam teori
kepemilikan. Kedua, definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari
perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa yan dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan
ini adalah konsisten dengan pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan
akuntabilitas terhadap pemegang ekuitas. Ketiga, penyusunan laporan konsolidasi
dan pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang
ekuitas adalah juga konsisten dengan teori entitas. Terakhir, baik teori
entitas, dengan penekanannya pada penentuan laba yang sesuai bagi pemegang
saham maupun teori kepemilikan dengan penekanannya pada penlaian aktiva yang
tepat, dapat dipandang sebagai memihak penggunaan nilai sekarang, atau dasar
penilaian selain biaya historis.
3. Teori Dana
Dalam teori dana (fund theory) dasar akuntansi bukanlah
pemilik maupun entitas, melainkan sekolompok aktiva dan kewajiban serta
pembatasan yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva
tersebut. Persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan
organisasi nirlaba.Contohnya adalah Rumah Sakit, Universitas, kota dan unit
pemerintahan.
Jumlah dana yang digunakan oleh institusi nirlaba mana
pun bergantung pada jumlah dan jenis aktivitas atas mana restriksi hokum
diberlakukan mengenai penggunaan aktiva yang dipercayakan kepada organisasi
tersebut. Misalnya saja, delapan utama berikut ini direkomendasikan bagi administrasi
keuangan yang bagus dari suatu unit pemerintahan :
1.
Dana Umum (General Fund)
2.
Dana Pendapatan Khusus (Special
Revenue Fund)
3.
Dana Pelunasan Utang (Debt
Service Funds)
4.
Dana Proyek Modal (Capital
Projects Funds)
5.
Dana Perusahaan (Enterprise
Funds)
6.
Dana Perwalian dan Agensi (Trust
and Agency Funds)
7.
Dana Layanan Antarpemerintah (Trust
and Agency Funds)
8.
Dana Pungutan Khusus (Special
Assessment Funds)
E.
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1. Prinsip Biaya
Menurut prinsip biaya, biaya perolehan atau biaya
historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakuisisi dari seluruh
barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas.
APB statement no.4 mendefinisikan biaya sebagai
berikut:
Biaya
adalah jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dkeluarkan atau property
lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau
kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah
atau akan diterima.
2. Prinsip Pendapatan (Revenue Recognition)
Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang
timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha
selama suatu periode tertentu.
Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan
adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan
dengan pihak yang bebas.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan
biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna
untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode. Prinsip ini
biasanya diterapkan saat kita membuat jurnal penyesuaian. Dengan adanya prinsip
ini kita harus menghitung berapa besarnya biaya yang sudah benar-benar menjadi
beban kita meskipun belum dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan yang
sudah benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita terima selama periode
berjalan.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi
bebas dari bias personal pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran
variabel dan didasarkan pada bukti, merupakan konsensus di antara kelompok
pengamat atau pengukur tertentu, digunaka sebagai indikator tingkat
objektivitas suatu sistem pengukuran.
5. Prinsip Konsistensi
Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang
serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke
periode. Penerapan ini membuat laporan keuangan menjadi lebih komparabel dan
berguna.
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses
akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi
tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan
untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode,
maka selisih yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan
dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakukan terhadap perubahan
metode atau prinsip tersebut.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan
informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena
melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dan
mengambil keputusan atas perusahaan tersebut. Apabila informasi yang disajikan
tidak lengkap, maka laporan keuangan tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.
Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada informasi penting
atau kepentingan bagi rata-rata investor yang disembunyikan.
7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau
modifikasi, artinya bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk
penyajian data akuntansi yang relevan dan dapat dipercaya.Prinsip ini
menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih tehknik akuntansi yang
dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya
terhadap ekuitas pemegang saham. Prinsip ini, dalam akuntansi konvesional
berkaitan dengan ketidakpastian, umumnya digunakan untuk mengartikan bahwa
akuntan harus melaporkan yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk
aktiva dan pendapatan; dan yang tertinggi dari beberapa nilai yang mungkin
untuk kewajiban dan beban. Ini berarti bahwa beban harus diakui segera dan
pendapatan harus diakui nanti, bukan segera. Oleh karena itu, aktiva bersih
lebih cenderung diakui dibawah nilai harga pertukaran kini daripada di atasnya;
dan perhitungan laba mungkin menghasilkanyang terendah dari beberapa jumlah
alternatif. Jadi, pesimisme diasumsikan lebih baik daripada optimisme dalam
pelaporan keuangan. Hendriksen dan Breda menilai prinsip konservatisme ini
sebagai metode yang sangat buruk untuk menghitungkan adanya ketidakpastian
dalam penilaian dan laba. Konservatisme mempunyai pengaruh yang berubah-ubah,
oleh karena itu data yang dikumpulkan secara konservatif tidak dapat
diinterprestasikan dengan tepat bahkan oleh pembaca yang sangat terinformasi.
Konservatisme juga bertentangan dengan tujuan mengungkapkan semua informasi
yang relevan.
8. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas (materiality principles) adalah
suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi
dan kejadian yang memilikindampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani
secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak dan tidak perlu disclosure.
Berkaitan dengan aplikasi prinsip materialitas, APB
Statement nomor 4 mengemukakan bahwa laporan keuangan hanya berkaitan dengan
pengungkapan informasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap evaluasi dan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pemakai informasi. Sedangkan APB
Opinion Nomor 22 merekomendasikan pentingnya disclosure tentang semua kebijakan
atau prinsip yang berpengaruh material terhadap posisi keuangan, hasil operasi
dan perubahan posisi keuangan.
The Accountant’s International Study Group (1974) mengemukakan
karakteristik materialitas sebagai berikut :
“Materialitas
merupakan persoalan esensial dalam professional judgment. Suatu item
dianggap material jika diketahui bahwa item tersebut berpengaruh besar terhadap
evaluasi dan pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan”
Pedoman atau criteria yang jelas untukdigunakan dalam
menetapkan tingkat materialitas yaitu :
a.
Size approach, penetapan materialitas dilakukan berdasarkan hubungan antara
ukuran atau jumlah item dengan variable lain yang relevan, misalkan income.
b.
The change criterion approach, dalam criteria kedua ini penetapan
materialitas dilakukan berdasarkan evaluasi pengaruh suatu item terhadap tren
atau perubahan antarperiode.
9. Prinsip keseragaman dan komparabilitas
Prinsip keseragaman menyangkut penggunaan prosedur yang
sama dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. Tujuan yang diharapkan dari
prinsip keseragaman adalah untuk mencapai daya banding laporan keuangan
diantara beberapa perusahaan,dengan mengurangi perbedaan dalam penggunaan prosedur
akuntansi.
Dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah
klaim bahwa hal itu akan :
a. Mengurangi keseragaman pengguna prosedur
akuntansi dan ketidakcukupan praktik-praktik akuntansi
b.
Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan
keuangan dari perusahaan berbeda
c.
Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan
d.
Mengarah kepada investasi dan peraturan pemerintah
mengenai praktik akuntansi.
Dukungan utama
untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa :
a.
Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk
mencerminkan transaksi yang sama yang terjadi dalam banyak kasus memiliki rasio
menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus
b.
Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat
utopia
c.
“Perbedaan dalam situasi” atau “variable situasi”
membutuhkan perlakuan yang berbeda. Sehingga pelaporan perusahaan dapat
menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian terjadi.
10. Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme
akuntansi
Ketepatan waktu
dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) adalah sejauh mana laba
akuntansi periode sekarang memasukan laba ekonomi periode sekarang. Laba
ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting Income) yang
dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik,keduanya berbeda dalam
jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai
sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip
“pengakuan” untuk memasukan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan
dengan waktu.
Konservatisme (conservatism) adalah sampai sejauh mana
laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukan kerugian ekonomi,
relative terhadap keuntungan ekonomi
F.
KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
1.
Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau
terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda
·
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika
proposisi tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta.
·
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika
prosisi tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain.
·
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai “apa yang berlaku”, mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah apa
yang berlaku
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan
proposisi serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu
berhubungan dengan kondisi masalah.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat
kompleksitas yang berbeda. Proposisi analitis, seperti “seluruh akuntan Amerika
adalah orang Amerika.” Adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut, karena
bentuk negative dari proposisi itu adalah “saling berlawanan” (self
contradictory)
2.
Kemungkinan dan kebenaran dalam
Akuntansi
a.
Kebenaran sebagai netralitas
Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua,
kesulitan untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan
kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak
mengandung bias.
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan
gambaran dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral.
Karakteristik penting dari informasi yang disediakan adalah “bebas dari bias”
atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif
penting dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada
tiadanya bias dalam penyajian informasi atau laporan akuntansi. Informasi
akuntansi adalah benar karena hal tersebut sesuai dengan fakta.
b.
Kebenaran sebagai objektivitas
Objektivitas telah memperoleh paling tidak empat arti :
·
Pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang
yang melakukan pengukuran
·
Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi
·
Pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki
kualifikasi
·
Kecilnya penyebaran statistic dari pengukuran atribut ketika
dilakukan oleh pengukur yang berbeda.
Keunggulan dari penyebaran sebagai criteria objektivitas
adalah dapat diterapkannya criteria tersebut terhadap prediksi sebelum dapat
divalidasi oleh analisis korelasi. Kedua, Penyebaran dapat dinyatakan sebagai
suatu kontinum. Keunggulan lainnya dari penyebaran adalah kemampuannya untuk
menguji hipotesis hubungan dari perubahan yang disebabkan oleh modifikasi
terhadap salah satu dari parameter pengukuran seperti atribut, objek, pengukur,
dan lain-lain.
c.
Kebenaran, objektivitas, dan keandalan
Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan
pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan
dari apa yang diwakili oleh data tersebut”. Dengan demikian keandalan informasi
tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan
akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan
aturan-aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut. Secara serupa,
pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan yang
berbeda.
Masalah lain yang timbul dari fakta bahwa criteria
penyebaran dapat diterapkan baik pada penilaian maupun predictor sementara
criteria pemindahan hanya berlaku pada ukuran penilaian, bukan pada ukuran
predictor.
d.
Kebenaran dan peran akuntansi
Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok
akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan
tingkat kekerasan (hardness). Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat
kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa
kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran.
Hasil pengukuran dalam situasi yang kompetitif sering
kali mengungkapkan lebih banyak dibandingkan dengan hasil dalam situasi netral.
Hal ini disebabkan karena orang mungkin saja mengabaikan banyak hal ketika
mereka netral dan tidak peduli terhadap hasil dari pengukuran tersebut. Mereka
cendurung menoleransi ambiguitas selama pilihan mereka tidak dianggap “keluar
jalur”. Dalam lingkungan yang kompetetif, tidak “keluar jalur” belumlah
mencukupi. Seseorang harus menjustifikasi pilihannya dengan alasan yang lebih
kuat. Dengan demikian tingkat dari ambiguitas disoroti oleh perbedaan dalam
ukuran yang dihasilkan oleh kedua pihak dengan kepentingan yang saling
berlawanan.
e.
Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan
untuk menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau
menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar
tidak sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh manfaat untuk
mengetahui hal tersebut.
Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan,
pelanggaran janji, kekerasan dan praktik-praktik lain untuk mana beban
pembuktian berada di pundak mereka yang tergantung pada hal tersebut.
Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan praktik-praktik
lain yang memiliki anggapan yang menguntungkan.
Jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri
atas penjelasan-penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hukum akuntansi abadi yang
dapat dibandingkan dengan hukum abadi dari alam tidak ada pengujian dan
eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai
rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
KESIMPULAN
Aturan-aturan akutansi yang ada saat ini didasarkan pada
fondasi teori akuntansi. Fondasi ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat
hierarki yang berfungsi sebagai kerangka referensi atau struktur teoritis.
Suatu pemahaman atas elemen-elemen ini dan hubungan dari teori akuntansi
menjamin suatu pemahaman atas rasional di balik praktik actual dan masa depan.
Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal hanyalah
cerminan dari penerapan struktur teoritis akuntansi. Yang paling terdepan dari
agenda badan akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari elemen-elemen teori
akuntansi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar