Minggu, 27 Maret 2016

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI



Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda- beda. Pada perkembangan saat ini, akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menginformasikan informasi yang kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori akuntansi. Sebeleum menguji pendekatan dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan pengujian terlebih dahulu kepada prinsip-prinsip keuangan yang sudah berkembang saat ini.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam menjelaskan perilaku serta kejadian akuntansi. Maka dari itu diperlukan pemahaman lebih mengenai struktur teori akuntansi secara detail.
Batasan utama dari teori akuntansi telah didefinisikan sebelumnya sebagai pengukuran dan komunikasi data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi yang terdiri atas tiga elemen:
  1. Data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
  2. Pengukuran dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
  3. Komunikasi dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
Akan tetapi, apresiasi penuh dari lingkup akuntansi saat ini dan masa depan bergantung tidak hanya pada pemahaman atas teknik-teknik akuntansi tetapi juga pada pemahamn atas struktur teori akuntansi dari mana teknik-teknik tersebut diturunkan.
A.      HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun pendekatan dan metedologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), kerangka refensi yang dihasilkan didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Di bawah ini merupakan gambaran dari struktur teori akuntansi:


Untitled.jpg

Disini akan dibahas mengenai tiga elemen dari teori akuntansi antara lain:
-            Dalil-dalil akuntansi
-            Konsep teoritis dari akuntansi
-            Prinsip-prinsip akuntansi
B.       HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Pengembangan dari dalil, konsep teoritis, dan prinsip-prinsip akuntansi selalu menjadi salah satu tugas yang paling menantang dalam akuntansi. Kurangnya terminologi yang akurat, yang telah diakui oleh kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah. Littleton menyatakan bahwa:
“Setiap buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi, metode, atura, dalil, praktik, prosedur, prinsip, dan standar. Istilah-istilah ini tidak mungkin seluruhnya bersifat sinonim.”
Kebingungan semacam ini dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan interaktif, dimana tujuan dari akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil maupun konsep teoritis dari mana teknik tersebut diturunkan. Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi berikut:
1.    Dalil akuntansi (accounting potsulate) adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hokum tempat akuntansi beroperasi.

2.    Konsep teoritis (theoretical concept) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas properti.
3.    Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan pengembilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4.    Teknik-teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh antitas akuntansi tersebut.
C.      DALIL-DALIL AKUNTANSI (Accounting Potsulate)
1.    Dalil Entitas
Akuntansi mengukur hasil dari operasi entitas tertentu, yang terpisah dan berbeda dari si pemilik entitas tersebut. Dalil entitas (entity postulate) menganggap bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, kejadian dan atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan transaksi pribadi. Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari manajemen kepada pemegang saham.
Cara lain mendefinisikan suatu entitas akuntansi adalah dalam hal kepentingan ekonomi dari berbagai pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dan pengendalian administrasi dari unit tersebut. Pendekatan ini berorientasi pada pengguna daripada berorientasi pada perusahaan. Kepentingan pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dari perusahaan, mendefinisikan batasan-batasan dari entitas akuntansi dan informasi yang akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
2.    Dalil Kelangsungan Usaha
Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan. Dalil kelangsungan usaha juga dapat digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada suatu perusahaan.
Beberapa teori akuntansi memilih untuk tidak memasukkan dalil kelangsungan usaha dalam struktur teori akuntansi. Chambers memandang kelangsungan usaha sebagai suatu entitas yang berada dalam kondisi likuidasi secara teratur yang terus menerus, dan bukannya suatu entitas yang berada dalam kondisi likuidasi yang dipaksakan. Interpretasi atas kelangsungan usaha ini sesuai dengan penggunaan “ekuivalen kas sekarang” yang diusulkan oleh Chambers sebagai dasar penilaian. Ahli teori lainnya tidak memasukkan dalil kelangsungan usaha, karena mereka berasumsi bahwa dalil tersebut tidak relevan terhadap struktur dari teori akuntansi
3.    Dalil Unit Pengukuran
Suatu unit pertukaran dan pengukuran adalah perlu untuk menghitung transaksi dari perusahaan secara seragam. Penyebut (denominator) umum yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Dapat dipertukarkannya barang, jasa, dan modal diukur dalam satuan uang. Dalil unit pengukuran (unit-of-measure postulate) menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang
Namun, unit moneter mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang melibatkan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukuran. Tidak seperti satu meter yang panjangnya pastilah 100 sentimeter, daya beli dari unit moneter, misalnya dollar ($) atau rupiah (Rp.), dapat berubah sepanjgan waktu. Profesi akuntan menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dengan daya beli umum sebagai unit pengukuran akuntansi.
4.    Dalil Periode Akuntansi
Meskipun dalil kelangsungan usaha menganggap bahwa perusahaan akan tetap ada selama periode yang tidak terbatas, pengguna mermelukan beragam informasi mengenai posisi dan kinerja keuangan dari suatu perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan atas keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan pengguna, dalil periode akuntansi (accounting-period postulate) menganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya diungkapkan secara periodik. Durasi dari suatu periode dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba tahunan, dan praktik bisnis tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu tahun.

D.      KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1.      Teori Kepemilikan
Menurut Teori Kepemelikan (proprietary theory), entitas adalah agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahan individual atau pemegang saham beroperasi. Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kekayaan bersih (net worth) pemilik. Oleh karena itu, persamaan akuntansi adalah :
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat pada” aktiva dan sebagai akibatnya, berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekayaan si pemilik. Dengan demikian, laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban dividen adalah penarikan modal.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang sahm biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dalam bentuk kedua teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas dari teori ini memfokuskan perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan kepada semua pemegang saham di laporan laba rugi.
2.      Teori Entitas
Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya, unit bisnis, dan bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Oleh karena itu, persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham

Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari usaha bisnis, yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan terminology yang digunakan dalam praktik. Pertama, teori entitas lebih memilih penggunaan penilaian persediaan dengan LIFO dan bukannya FIFO, karena penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibat penerapannya dalam teori kepemilikan. Kedua, definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa yan dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap pemegang ekuitas. Ketiga, penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten dengan teori entitas. Terakhir, baik teori entitas, dengan penekanannya pada penentuan laba yang sesuai bagi pemegang saham maupun teori kepemilikan dengan penekanannya pada penlaian aktiva yang tepat, dapat dipandang sebagai memihak penggunaan nilai sekarang, atau dasar penilaian selain biaya historis.
3.      Teori Dana
Dalam teori dana (fund theory) dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekolompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan organisasi nirlaba.Contohnya adalah Rumah Sakit, Universitas, kota dan unit pemerintahan.
Jumlah dana yang digunakan oleh institusi nirlaba mana pun bergantung pada jumlah dan jenis aktivitas atas mana restriksi hokum diberlakukan mengenai penggunaan aktiva yang dipercayakan kepada organisasi tersebut. Misalnya saja, delapan utama berikut ini direkomendasikan bagi administrasi keuangan yang bagus dari suatu unit pemerintahan :
1.      Dana Umum (General Fund)
2.      Dana Pendapatan Khusus (Special Revenue Fund)
3.      Dana Pelunasan Utang (Debt Service Funds)
4.      Dana Proyek Modal (Capital Projects Funds)
5.      Dana Perusahaan (Enterprise Funds)
6.      Dana Perwalian dan Agensi (Trust and Agency Funds)
7.      Dana Layanan Antarpemerintah (Trust and Agency Funds)
8.      Dana Pungutan Khusus (Special Assessment Funds)
 
E.       PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1.      Prinsip Biaya
Menurut prinsip biaya, biaya perolehan atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas.
APB statement no.4 mendefinisikan biaya sebagai berikut: 
         Biaya adalah jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dkeluarkan atau property lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima.
2.      Prinsip Pendapatan (Revenue Recognition)
Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu.
Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.

3.      Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode. Prinsip ini biasanya diterapkan saat kita membuat jurnal penyesuaian. Dengan adanya prinsip ini kita harus menghitung berapa besarnya biaya yang sudah benar-benar menjadi beban kita meskipun belum dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan yang sudah benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita terima selama periode berjalan.
4.      Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias personal pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan didasarkan pada bukti, merupakan konsensus di antara kelompok pengamat atau pengukur tertentu, digunaka sebagai indikator tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.
5.      Prinsip Konsistensi
Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan ini membuat laporan keuangan menjadi lebih komparabel dan berguna.
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakukan terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.
6.      Prinsip Pengungkapan Penuh
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan tersebut. Apabila informasi yang disajikan tidak lengkap, maka laporan keuangan tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.
Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata investor yang disembunyikan.
7.      Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi, artinya bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan dapat dipercaya.Prinsip ini menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih tehknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Prinsip ini, dalam akuntansi konvesional berkaitan dengan ketidakpastian, umumnya digunakan untuk mengartikan bahwa akuntan harus melaporkan yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan; dan yang tertinggi dari beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Ini berarti bahwa beban harus diakui segera dan pendapatan harus diakui nanti, bukan segera. Oleh karena itu, aktiva bersih lebih cenderung diakui dibawah nilai harga pertukaran kini daripada di atasnya; dan perhitungan laba mungkin menghasilkanyang terendah dari beberapa jumlah alternatif. Jadi, pesimisme diasumsikan lebih baik daripada optimisme dalam pelaporan keuangan. Hendriksen dan Breda menilai prinsip konservatisme ini sebagai metode yang sangat buruk untuk menghitungkan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba. Konservatisme mempunyai pengaruh yang berubah-ubah, oleh karena itu data yang dikumpulkan secara konservatif tidak dapat diinterprestasikan dengan tepat bahkan oleh pembaca yang sangat terinformasi. Konservatisme juga bertentangan dengan tujuan mengungkapkan semua informasi yang relevan.
8.      Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas (materiality principles) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memilikindampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak dan tidak perlu disclosure.
Berkaitan dengan aplikasi prinsip materialitas, APB Statement nomor 4 mengemukakan bahwa laporan keuangan hanya berkaitan dengan pengungkapan informasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap evaluasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pemakai informasi. Sedangkan APB Opinion Nomor 22 merekomendasikan pentingnya disclosure tentang semua kebijakan atau prinsip yang berpengaruh material terhadap posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan posisi keuangan.
The Accountant’s International Study Group (1974) mengemukakan karakteristik materialitas sebagai berikut :
“Materialitas  merupakan persoalan esensial dalam professional judgment. Suatu item dianggap material jika diketahui bahwa item tersebut berpengaruh besar terhadap evaluasi dan pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan”
Pedoman atau criteria yang jelas untukdigunakan dalam menetapkan tingkat materialitas yaitu :
a.    Size approach, penetapan materialitas dilakukan berdasarkan hubungan antara ukuran atau jumlah item dengan variable lain yang relevan, misalkan income.
b.    The change criterion approach, dalam criteria kedua ini penetapan materialitas dilakukan berdasarkan evaluasi pengaruh suatu item terhadap tren atau perubahan antarperiode.

9.      Prinsip keseragaman dan komparabilitas
Prinsip keseragaman menyangkut penggunaan prosedur yang sama dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. Tujuan yang diharapkan dari prinsip keseragaman adalah untuk mencapai daya banding laporan keuangan diantara beberapa perusahaan,dengan mengurangi perbedaan dalam penggunaan prosedur akuntansi.
Dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal itu akan :
a.       Mengurangi keseragaman pengguna prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik-praktik akuntansi
b.        Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan berbeda
c.         Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan
d.        Mengarah kepada investasi dan peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi.
     Dukungan utama untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa :
a.         Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama yang terjadi dalam banyak kasus memiliki rasio menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus
b.        Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia
c.         “Perbedaan dalam situasi” atau “variable situasi” membutuhkan perlakuan yang berbeda. Sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian terjadi.
10.  Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi
     Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) adalah sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukan laba ekonomi periode sekarang. Laba ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting Income) yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik,keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip “pengakuan” untuk memasukan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu.
Konservatisme (conservatism) adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukan kerugian ekonomi, relative terhadap keuntungan ekonomi
F.     KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
1.         Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda
·           Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta.
·           Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika prosisi tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain.
·           Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai “apa yang berlaku”, mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah apa yang berlaku
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Proposisi analitis, seperti “seluruh akuntan Amerika adalah orang Amerika.” Adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negative dari proposisi itu adalah “saling berlawanan” (self contradictory)
2.         Kemungkinan dan kebenaran dalam Akuntansi
a.        Kebenaran sebagai netralitas
Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak mengandung bias.
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan gambaran dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting dari informasi yang disediakan adalah “bebas dari bias” atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya bias dalam penyajian informasi atau laporan akuntansi. Informasi akuntansi adalah benar karena hal tersebut sesuai dengan fakta.
b.        Kebenaran sebagai objektivitas
Objektivitas telah memperoleh paling tidak empat arti :
·           Pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang yang melakukan pengukuran
·           Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi
·           Pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi
·           Kecilnya penyebaran statistic dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur yang berbeda.
Keunggulan dari penyebaran sebagai criteria objektivitas adalah dapat diterapkannya criteria tersebut terhadap prediksi sebelum dapat divalidasi oleh analisis korelasi. Kedua, Penyebaran dapat dinyatakan sebagai suatu kontinum. Keunggulan lainnya dari penyebaran adalah kemampuannya untuk menguji hipotesis hubungan dari perubahan yang disebabkan oleh modifikasi terhadap salah satu dari parameter pengukuran seperti atribut, objek, pengukur, dan lain-lain.
c.         Kebenaran, objektivitas, dan keandalan
Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data tersebut”. Dengan demikian keandalan informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan aturan-aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut. Secara serupa, pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan yang berbeda.
Masalah lain yang timbul dari fakta bahwa criteria penyebaran dapat diterapkan baik pada penilaian maupun predictor sementara criteria pemindahan hanya berlaku pada ukuran penilaian, bukan pada ukuran predictor.
d.        Kebenaran dan peran akuntansi
Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan (hardness). Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran.
Hasil pengukuran dalam situasi yang kompetitif sering kali mengungkapkan lebih banyak dibandingkan dengan hasil dalam situasi netral. Hal ini disebabkan karena orang mungkin saja mengabaikan banyak hal ketika mereka netral dan tidak peduli terhadap hasil dari pengukuran tersebut. Mereka cendurung menoleransi ambiguitas selama pilihan mereka tidak dianggap “keluar jalur”. Dalam lingkungan yang kompetetif, tidak “keluar jalur” belumlah mencukupi. Seseorang harus menjustifikasi pilihannya dengan alasan yang lebih kuat. Dengan demikian tingkat dari ambiguitas disoroti oleh perbedaan dalam ukuran yang dihasilkan oleh kedua pihak dengan kepentingan yang saling berlawanan.
e.         Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh manfaat untuk mengetahui hal tersebut.
Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan, pelanggaran janji, kekerasan dan praktik-praktik lain untuk mana beban pembuktian berada di pundak mereka yang tergantung pada hal tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan praktik-praktik lain yang memiliki anggapan yang menguntungkan.
Jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan-penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hukum akuntansi abadi yang dapat dibandingkan dengan hukum abadi dari alam tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
KESIMPULAN
Aturan-aturan akutansi yang ada saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi. Fondasi ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai kerangka referensi atau struktur teoritis. Suatu pemahaman atas elemen-elemen ini dan hubungan dari teori akuntansi menjamin suatu pemahaman atas rasional di balik praktik actual dan masa depan. Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal hanyalah cerminan dari penerapan struktur teoritis akuntansi. Yang paling terdepan dari agenda badan akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari elemen-elemen teori akuntansi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar