Minggu, 06 Maret 2016

Catatan di penghujung Senja



Assalamu alaykum....
Empat tahun ternyata bukan waktu yang lama, kini senja bagi kami para mahasiswa tingkat akhir telah menjelang. Sekelebat cahaya jingga kini mulai mewarnai langit kami. Khawatir, cemas dan bahkan takut bahwa sebentar lagi akan petang dan kami belum juga beranjak dari tempat kami. Kami tahu dari semenjak kami menapaki subuh hari bahwa suatu saat nanti senja akan menjelang, sebelum malam menghampiri kita telah harus berada ditempat yang lain jika tak ingin ketinggalan kereta hari itu.
Bukan perkara mudah unutuk berada ditempat itu, ada sebuah sungai besar yang harus kami seberangi dengan rakit kami masing-masing. Rakit haruslah kuat untuk membuat kami sampai diseberang sebelum kereta berangkat di akhir senja.
Bekal kami telah hampir rampung, ransel telah kami penuhi, kayu-kayu penyusun rakit telah siap. Sekarang tinggal bagaimana kami merangkainya dan memastikan kayu-kayu itu kokoh menyanggah kami. Kini saatnya memeriksa kembali perbekalanmu, lihat ada apa saja disana. Disana kau akan temukan sesuatu yang akan mengkokohkan rakitmu.
Hei kawan, jangan cepat puas dulu. Pastikan rakitmu siap menghadapi gelombang besar didepan sana. Bukan sungai tak berarus yang akan kita seberangi kawan. Disana juga bisa jadi ada gelombang yang bisa-bisa lebih besar dibanding yang dilaut. Tapi, ada juga kemunginan disana hanyalah sebuah kolam besar yang tenang dan tak berarus. Tapi bukankah lebih baik jika kita mempersiapkan kemungkinan terburuk tapi tetap berharap tidak seburuk yang difikirkan.
Kita masih sama meraba-raba, mengira-ngira apa yang akan kita lalui. Namun diseberang telah cukup jelas disana ada kereta yang telah menyalakan mesinnya bersiap berangkat. Jangan terlalu cemas kawan, jadwal keberangkatan masih jelas bahwa kita masih memiliki waktu yang cukup. Tapi jangan kau terbuai kawan. Ruang tunggu memang biasanya didesain senyaman mungkin, jangan sampai kau tertidur disana dan terbangun sesaat sebelum kereta berangkat.
Pasang alaram mu jangan terlalu berharap di bangunkan oleh penumpang disebelah mu karena bisa jadi mereka sudah tak sempat membangunkan mu. Bukan karena dia tak peduli padamu, tapi bisa jadi dirinya pun sedang terseok-seok berjalan. Jangan terlalu menyusahkan mereka, karena merekapun belum tentu mampu berjalan sendiri. Jangan salah kan orang lain, karena sejatinya kau telah memiliki waktu dan kesempatan yang sama untuk berada dikereta itu. Orang lain tak akan mengambil tempat dudukmu tapi bisa jadi kau ketinggalan kereta karena harus berdesakan di pinggir suangai atau rakit mu terbalik.
Tapi kawan,.... jika kau melihat orang lain hampir jatuh atau tertidur bangunkanlah selagi kau bisa. Karena kita tak pernah tau, tangan yang kita raih atau kaki terseok yang kita angkat bisa jadi adalah tangan dan kaki yang kelah akan membantu kita.
Ahh... semuanya telah kita tau, risiko dan tujuan kita. Sekarang tinggal bagaimana tujuan itu menjadi kenyataan dengan menantang risiko yang mungkin terjadi dan membuat kita harus merangkak maupun terseok-seok untuk sampai keseberang. Tapi tenang kawan, ada Allah bersama kita. Pemilik suangai yang akan kita seberangi. Serahkan semuanya padanya, pemiliknya jauh lebih tau dibanding kita...
Bismillah, niatkan Ilallah, usaha yang halal, tawakkal Ilallah, insyaAllah semua baik-baik saja :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar