Selasa, 26 April 2016
SFAC 1-3
SFAC adalah konsep dasar akuntansi yang banyak dianut di beberapa negara. Konsep tersebut dianut beberapa negara untuk mengembangkan prinsip dan teknik akuntansi mereka. berikut ini link download dari SFAC 1-3. semoga bermanfaat, jgn lupa comennya yah :)
SFAC 1
DOWNLOAD
SFAC 2
DOWNLOAD
SFAC 3
DOWNLOAD
Minggu, 24 April 2016
Tulisan "ngaur" di malam ini
Aku hanya menginginkan lelaki
yang meninggalkan semua yang sedang ia lakukan ketika adzan berkumandang. Tak ada
yang lebih sejati dari laki-laki seperti itu, tak ada tindakan yang lebih
romantis rasanya ketika ia meninggalkanku demi panggilan Tuhannya.
Mengapa?
Karena ia menyimpan Allah diatas
segala-galanya, tak ada yang paing ia dengar selain Allah, tak ada yang lebih
ia takuti selain panggilan Allah, tak ada perintah yang segera ia laksanakan
selain perintah Allah. Maka aku yakin bahwa ia akan senantiasa mencintaiku
karena itu adalah perintah dari Allah untuk senantiasa mencintai kaluarganya. Jika
hanya mengandalkan kemampuan ku untuk membuatnya tetap mencintaiku, maka sama
sekali kemapuan ku sangatlah terbatas. Dari segi manapun saya tak bisa menjamin
cintanya tak akan berpaling dariku, dari segi wajah aku tak cantik-cantik aman
lagi pula aku akan tua nantinya, dari segi agama, dosa ku begitu banyak, dari
segi akhlak masih banyak yang lebih santun dari ku, dari segi ilmu ahh
sangat-sangat jauh dari kebanyakan perempuan. Makanya tak ada yang lebih bisa
diandalkan selain cintanya karen Allah.
Lalu bagaimana jika shalatnya
saja yang bagus?
Setidaknya kewajiban pertama yang
di hizab kelak telah ia kerjakan. Shalat 5 waktu mungkin bisa dikerjakan setiap
orang, tapi bersegerah saat waktu shalat tiba tidak semua orang bisa
melaksanakannya. Lagi pula, bukankah sudah kubilang tadi bahwa aku begitu
banyak kurangnya maka mengapa aku menuntutnya harus sempurna. Mari kita belajar
bersama, bukankah itu jauh lebih romantis??
Ahh.. malam ini kayaknya mulai
ngaur deh.. sudahlah, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kita semua. Lelaki
yang romantis dunia akhirat :)
Selasa, 19 April 2016
Makalah AkuntansiAKUNTANSI KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN
Pengertian
Menurut FASB : Kewajiban adalah
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari
keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:
1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek
harus memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang
mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan
cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan
manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan
usaha.
2. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu
pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang.
Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal : waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya: pada tanggal
neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional
pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif
atau bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.
· Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau
peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban bagi suatu kesatuan udaha di
nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat.
Contoh: utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang
obligasi
· Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan
usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang
disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi
kewajiban yuridis.
Contoh: servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda
motor, pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan
tunjangan hari raya
· Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan semata–mata karena panggilan etis atau moral daripada
karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
Contoh: kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan
kewajiban member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
· Keharusan Bergantung atau
bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena
bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat–syarat tertentu
dimana datang.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Sama seperti definisi aset, criteria ini sebenarnya
menyempurkan criteria keharusan sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama
pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara
resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain
definisi, criteria yang lain seoerti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan
juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan criteria untuk pengakuan. Jadi, adanya
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek
ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.
Hak – Kewajiban Tak Bersyarat
Konsep hak – kewajiban tak
bersyarat menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditandatangani, salah satu
pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang
menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak–kewajiban tak bersyarat menyatakan
“tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada kewjiban tanpa hak.
Kontrak – kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling mengimbangi
tak bersyarat atau kontrak eksekuatori.
Contoh: bila seseorang pembeli
menandatangani order pembelian, pada saat itu pembeli tidak mempunyai kewajiban
apapun sampai barang yang dipesan datang dan dikuasai pembeli walaupun jenis,
kuantitas, harga, waktu pengiriman barang sudah jelas.
Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa
karakteristik pendukung yaitu :
1. Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas.
Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang daripada terjadinya pengeluaran kas. Adanya pengeluaran kas merupakan
hal penting untuk mengaplikasikan definisi kewajiban karena dua hal:
a. Sebagai bukti
adanya suatu kewajiban
b. Sebagai pengukur
atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif
2. Identitas terbayar jelas
Bila identitas terbayar sudah jelas, hal tersebut
hanya menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban
identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi.
3. Berkekuatan hukum
Keharusan melakukan pengorbanan manfaat ekonomik
masa deatang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal tetapi dari minat
atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi
pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan konstruktif
dan demi keadilan. Main pihak lain seperti utang usaha tidak harus di dukung
oleh dokumen yang berkekuatan hukum atau mempunyai daya paksa secara hukum untuk
memenuhi definisi kewajiban.
Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui
pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah
terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah
pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan
pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga
elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi,
keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak
operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis
kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan
saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Empat
kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu:
1. Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan
keberpautan informasi. Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan
barang (receiving report) merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan
untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang
menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi
kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui
bila terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria
keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma
terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep
konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan
untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi
informasi. Utang sewaguna (lease obligations) dapat diakui pada saat
transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam transaksi sewaguna
tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara
substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu
memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
4. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk
mencapai kualitas keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata
cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan
sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.
Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu
kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan kos kewajiban pada saat terjadi
paralel dengan pengukuran asset. Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai
dengan pemerolehan asset atau timbulmnya biaya. Pemerolehan asset dapat berupa
penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari
transaksi pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari
transaksi peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk
barang atau jasa. Oleh karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentuka
kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (meansured
considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban
jangka panjang.
Diskon dan Premium Utang Obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo
utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat
penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar pengukuran
demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran
bunga periodik dan pokok pinajaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah
rupiah (kos) utang dan asset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat
adalah kos tunai implicit.
Dalam hal obligasi jangka
panjang, jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan yang dibayarkan
oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah
rupiah pembayaran masa datang (bunga periodik dan nominal obligasi). Pembayaran
masa datang ini sebenarnya terdiri atas dua unsure yaitu 1. Nilai sekarang
pembayaran bunga periodik dan nilai sekarang nominal obligasi dan 2. Bunga
efektif yang terlibat dalam penentuan harga obligasi tersebut.
Makna Harga Efektif Obligasi
Segera setelah transaksi terjadi
maka “kesepakatan” dalam hubungannya dengan obligasi tersebut mulai menunjukkan
makna yang sebenarnya. Dengan telah mulai berjalannya kesepakatan dalam
transaksi obligasi diatas, bunga Rp. 100.000 tiap tahun mulai terhimpun dan
dibayar secara periodik sampai jauh tempo. Bersamaan dengan itu, jumlah rupiah
utang obligasi yang mula-mula tercatat akan berangsur-angsur berubah
(bertambah) menuju jumlah rupiah nilai jatuh tempo atau nominal.
Diskon Obligasi
Diskon obligasi yang belum
diamortisasi bukan merupakan suatu rugi karena asset yang diperoleh sebelumnya
tidak ada yang berkurang atau menguap (dissipation). Diskon obligasi
sebenarnya merupakan bunga yang “belum dibayar”, yaitu bagian bunga efektif
total yang baru akan dibayar pada saat utang obligasi jatuh tempo.
Kamis, 07 April 2016
RMK Seminar Akuntansi (Akuntansi Keprilakuan/Behavioral Accounting)
A.
Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting)
merupakan bagian dari disipilin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari
organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat
tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi, dan
organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi
Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia dari
akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
diperluas lagi sampai bagaimana akuntasi dan masyarakat saling mempengaruhi, sehingga
aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of accounting) juga sering
dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.
Akuntansi Keperilakuan terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Reaksi manusia terhadap format dan
isi dari pelaporan keuangan.
2.
Bagaimana informasi diproses untuk
keperluan pengambilan keputusan
3.
Pengembangan teknik-teknik pelaporan
untuk mengkomunikasikan data kepada penggunanya.
4.
Pengembangan strategi untuk
memotivasi dan mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan tujuan orang-orang yang
menjalankan organisasi.
5.
Dan hal-hal lain yang mengaitkan
akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.
B. Perkembangan Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan mulai
berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan
suatu penelitian di tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The
Impact of Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh Controllership
Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian yang
mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat.
Antara tahun 1960 sampai tahun
1980an jumlah artikel berkaitan dengan akuntansi keperilakuan yang
dipublikasikan di jurnal-jurnal akuntansi berkembang pesat. Jurnal yang
terkenal yang memfokuskan pada akuntansi keperilakuan adalah “Accounting,
Organization, and Society” yang muncul sejak tahun 1976, dan juga jurnal yang
diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) yang bernama “Behavioral
Research in Accounting”.
C. Akuntansi Perilaku
Aspek
budaya dalam akuntansi disebut juga behavioral accounting. Berbagai budaya yang dapat mempengaruhi peran atau
hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan prilaku konsumennya atau
penyajinya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku
manusia dan sistem akuntansi baik dalam
bidang akuntansi keuangan, auditing maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini
dianggap sebagai bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas
Marconi, 1989).
Bidang akuntansi ini mulai berkembang
pada tahun 1950-an. Pada tahun 1991 the Controlllership Foundation of America
mensponsori penelitian untuk mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell
University dengan di pimpin oleh Chris
Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa
perilaku yang muncul dalam penerapan budget
.Hasil riset ini muncul di Harvard Business Review yang ditulis oleh
Argyris dengan judul Human Problems with
Budgets.
Sejak itu maka banyak ahli menjadi
pemerhati dan menjadi penelit akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc
Gregor, Likert. Output informasi itu menyangkut manusia baik yang menyajikannya
maupun yang mneggunakannya. Maka diakui bahwa data akuntansi itu dapat
mempengaruhi perilaku manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, tidak mungkin dapat di pisahkan dari data informasi akuntansi
itu sendiri dengan pemakai atau penyajinya. Era Globalisasi menimbulkan borderless country sehingga tidak ada
lagi hal-hal yang membatasi suatu negara engan negara lain dalam melakukan
kegiatan bisnis maupun dalam hal pertukaran kebudayaansi maupun. Output
akuntansi pun tidak beredar disuatu negara dengan budaya yang sama, tetapi
meluas smpai ke beberapa negara dengan budaya yang bebeda.
Dalam
akuntansi perilaku ini menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi
terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana
reaksi manusia terhadap informasi akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku
dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhadap perilaku, dampaksistem
responsibility accounting terhadap perilaku, dampak sistem disentralisasi
ataupun sentralisasi. Pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku
dalam sistem pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek
perilaku dalam pengmbilan keputusan, faktor perilaku dalam capital budgeting,
aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi
dalam sumber daya manusia dan sebagainya. Menurut Siegel, Ramanauskbas, dan
Marconi (1998) ada tiga bagian:
1.
Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan
sistem akuntansi. Akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang
dpat mempengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.Misalnya
apakah manajemen yang bersifat risk
averse. Pengawasan yang ketat dan yang longgar dapt mempengaruhi desain
sistem pengawasan.
2.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap
perilaku manusia. Bagaman sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambiln keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama. Misalnya bagaiman bujet
yang dapat menciptakan produktivitas atau motivasi, bujet yang ketat atau
longgar.
3.
Metode meramalkan dan strategi untuk
mengbah perilku manusia. Bagaiman sistem akuntansi dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku manusia misalnya memperketat atau memperlonggar sistem
pengawasan, memberikn pola kompensasi yang dapat mempengaruhi perilaku misalnya
dengan ESOP (Employee Stock Ownership
Program), sistem pelaporan prestasi, sistem pemberian reward and penalties terhadap prestasi.
Akuntansi bukanlah sesuatu yang
statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan pekembangan lingkungan
akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran
tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah
mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara
berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang
termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi
akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusiadan
mempengaruhi organisasi.
Penjelasan di atas menunjukan adanya
aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun
informasi) maupundari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana
(penyusun informasiakuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang
mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting
dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya
dapat memberikan manfaat bagikemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan
kinerja melalui motivasi kerja dalamwujud penetapan standar-standar kerja.
Standar-standar kerja tersebut
dapatdihasilkan dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi
ketikapelaksana sistem informasi akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja
yangdiharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal dalam
pengambilankeputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam
memberikanevaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk itu
motivasi danperilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasiakuntansi.
Di sisi lain, pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi duakelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan
pihak ekstern (pemerintah,investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan
lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk
motivasi dan penilaian kinerja.Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan
untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bisnis. Di samping itu pihak ekstern,juga perlu mendiskusikan berbagai hal
terkait dengan informasi yang disediakansebab mereka mempunyai suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkanaspek keperilakuan dalam
akuntansi.
Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan
terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan
untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih
bisaditerima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi
mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan
akuntansi dapatmuncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan
perilaku dan sosialtidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal.
Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang
mendalammengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.
Langganan:
Postingan (Atom)