A.
Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting)
merupakan bagian dari disipilin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari
organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat
tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi, dan
organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi
Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia dari
akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
diperluas lagi sampai bagaimana akuntasi dan masyarakat saling mempengaruhi, sehingga
aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of accounting) juga sering
dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.
Akuntansi Keperilakuan terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Reaksi manusia terhadap format dan
isi dari pelaporan keuangan.
2.
Bagaimana informasi diproses untuk
keperluan pengambilan keputusan
3.
Pengembangan teknik-teknik pelaporan
untuk mengkomunikasikan data kepada penggunanya.
4.
Pengembangan strategi untuk
memotivasi dan mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan tujuan orang-orang yang
menjalankan organisasi.
5.
Dan hal-hal lain yang mengaitkan
akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.
B. Perkembangan Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan mulai
berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan
suatu penelitian di tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The
Impact of Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh Controllership
Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian yang
mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat.
Antara tahun 1960 sampai tahun
1980an jumlah artikel berkaitan dengan akuntansi keperilakuan yang
dipublikasikan di jurnal-jurnal akuntansi berkembang pesat. Jurnal yang
terkenal yang memfokuskan pada akuntansi keperilakuan adalah “Accounting,
Organization, and Society” yang muncul sejak tahun 1976, dan juga jurnal yang
diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) yang bernama “Behavioral
Research in Accounting”.
C. Akuntansi Perilaku
Aspek
budaya dalam akuntansi disebut juga behavioral accounting. Berbagai budaya yang dapat mempengaruhi peran atau
hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan prilaku konsumennya atau
penyajinya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku
manusia dan sistem akuntansi baik dalam
bidang akuntansi keuangan, auditing maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini
dianggap sebagai bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas
Marconi, 1989).
Bidang akuntansi ini mulai berkembang
pada tahun 1950-an. Pada tahun 1991 the Controlllership Foundation of America
mensponsori penelitian untuk mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell
University dengan di pimpin oleh Chris
Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa
perilaku yang muncul dalam penerapan budget
.Hasil riset ini muncul di Harvard Business Review yang ditulis oleh
Argyris dengan judul Human Problems with
Budgets.
Sejak itu maka banyak ahli menjadi
pemerhati dan menjadi penelit akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc
Gregor, Likert. Output informasi itu menyangkut manusia baik yang menyajikannya
maupun yang mneggunakannya. Maka diakui bahwa data akuntansi itu dapat
mempengaruhi perilaku manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, tidak mungkin dapat di pisahkan dari data informasi akuntansi
itu sendiri dengan pemakai atau penyajinya. Era Globalisasi menimbulkan borderless country sehingga tidak ada
lagi hal-hal yang membatasi suatu negara engan negara lain dalam melakukan
kegiatan bisnis maupun dalam hal pertukaran kebudayaansi maupun. Output
akuntansi pun tidak beredar disuatu negara dengan budaya yang sama, tetapi
meluas smpai ke beberapa negara dengan budaya yang bebeda.
Dalam
akuntansi perilaku ini menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi
terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana
reaksi manusia terhadap informasi akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku
dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhadap perilaku, dampaksistem
responsibility accounting terhadap perilaku, dampak sistem disentralisasi
ataupun sentralisasi. Pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku
dalam sistem pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek
perilaku dalam pengmbilan keputusan, faktor perilaku dalam capital budgeting,
aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi
dalam sumber daya manusia dan sebagainya. Menurut Siegel, Ramanauskbas, dan
Marconi (1998) ada tiga bagian:
1.
Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan
sistem akuntansi. Akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang
dpat mempengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.Misalnya
apakah manajemen yang bersifat risk
averse. Pengawasan yang ketat dan yang longgar dapt mempengaruhi desain
sistem pengawasan.
2.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap
perilaku manusia. Bagaman sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambiln keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama. Misalnya bagaiman bujet
yang dapat menciptakan produktivitas atau motivasi, bujet yang ketat atau
longgar.
3.
Metode meramalkan dan strategi untuk
mengbah perilku manusia. Bagaiman sistem akuntansi dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku manusia misalnya memperketat atau memperlonggar sistem
pengawasan, memberikn pola kompensasi yang dapat mempengaruhi perilaku misalnya
dengan ESOP (Employee Stock Ownership
Program), sistem pelaporan prestasi, sistem pemberian reward and penalties terhadap prestasi.
Akuntansi bukanlah sesuatu yang
statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan pekembangan lingkungan
akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran
tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah
mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara
berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang
termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi
akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusiadan
mempengaruhi organisasi.
Penjelasan di atas menunjukan adanya
aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun
informasi) maupundari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana
(penyusun informasiakuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang
mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting
dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya
dapat memberikan manfaat bagikemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan
kinerja melalui motivasi kerja dalamwujud penetapan standar-standar kerja.
Standar-standar kerja tersebut
dapatdihasilkan dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi
ketikapelaksana sistem informasi akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja
yangdiharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal dalam
pengambilankeputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam
memberikanevaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk itu
motivasi danperilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasiakuntansi.
Di sisi lain, pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi duakelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan
pihak ekstern (pemerintah,investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan
lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk
motivasi dan penilaian kinerja.Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan
untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bisnis. Di samping itu pihak ekstern,juga perlu mendiskusikan berbagai hal
terkait dengan informasi yang disediakansebab mereka mempunyai suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkanaspek keperilakuan dalam
akuntansi.
Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan
terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan
untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih
bisaditerima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi
mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan
akuntansi dapatmuncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan
perilaku dan sosialtidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal.
Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang
mendalammengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.
D. Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi
1.
Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
Transparansi serta
kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi amanah
reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha
milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan
tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan
sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya
ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini
terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih
pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga
dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan,
ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan
demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah
terjadi di sini.
2. Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan Enron
terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2
Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak
dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan
keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya
Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut,
perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut
perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
3. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang
anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit
keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang
dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi
informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan
penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat
bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi
informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu
bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan,
ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu
tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana
ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor
BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK
bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut
versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh
saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan
mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat
auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini,
sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan
perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Sum
DAFTAR
PUSTAKA
______.
2011. Kasus Enron. [internet]:
______. 2009. Pentingnya Laporan
Kinerja Keuangan. [internet]:
http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-keuangan.html. Diakses: 2 April
2016
______. 2010. Contoh Kasus Pelanggaran Etika. [internet]:
http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran-etika.html. Diakses: 2 April 2016
Harahaf,
sofyan safri. 2011. Akuntansi Keperilakuan. [internet].
Diakses: 2 April 2016
Karliza,
Isti. 2013. Akuntansi Perilaku.
[internet]:
Diakses: 2 April 2016
Jangan lupa coment dan sharenya yah :) Semoga bermanfaat
Jangan lupa coment dan sharenya yah :) Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar