Kamis, 07 April 2016

RMK Seminar Akuntansi (Akuntansi Keprilakuan/Behavioral Accounting)



A.      Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari disipilin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi, dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia dari akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan selanjutnya bahkan diperluas lagi sampai bagaimana akuntasi dan masyarakat saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.
Akuntansi Keperilakuan terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1.        Reaksi manusia terhadap format dan isi dari pelaporan keuangan.
2.        Bagaimana informasi diproses untuk keperluan pengambilan keputusan
3.        Pengembangan teknik-teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan data kepada penggunanya.
4.        Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan tujuan orang-orang yang menjalankan organisasi.
5.        Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.
B.       Perkembangan Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The Impact of Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh Controllership Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian yang mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat.
Antara tahun 1960 sampai tahun 1980an jumlah artikel berkaitan dengan akuntansi keperilakuan yang dipublikasikan di jurnal-jurnal akuntansi berkembang pesat. Jurnal yang terkenal yang memfokuskan pada akuntansi keperilakuan adalah “Accounting, Organization, and Society” yang muncul sejak tahun 1976, dan juga jurnal yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) yang bernama “Behavioral Research in Accounting”.
C.      Akuntansi Perilaku       
            Aspek budaya dalam akuntansi disebut  juga behavioral accounting. Berbagai budaya yang dapat mempengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan prilaku konsumennya atau penyajinya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi baik  dalam bidang akuntansi keuangan, auditing maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini dianggap sebagai bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas Marconi, 1989).
Bidang akuntansi ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada tahun 1991 the Controlllership Foundation of America mensponsori penelitian untuk mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell University dengan di pimpin  oleh Chris Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa perilaku yang muncul dalam penerapan budget .Hasil riset ini muncul di Harvard Business Review yang ditulis oleh Argyris dengan judul Human Problems with Budgets.
Sejak itu maka banyak ahli menjadi pemerhati dan menjadi penelit akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc Gregor, Likert. Output informasi itu menyangkut manusia baik yang menyajikannya maupun yang mneggunakannya. Maka diakui bahwa data akuntansi itu dapat mempengaruhi perilaku manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin dapat di pisahkan dari data informasi akuntansi itu sendiri dengan pemakai atau penyajinya. Era Globalisasi menimbulkan borderless country sehingga tidak ada lagi hal-hal yang membatasi suatu negara engan negara lain dalam melakukan kegiatan bisnis maupun dalam hal pertukaran kebudayaansi maupun. Output akuntansi pun tidak beredar disuatu negara dengan budaya yang sama, tetapi meluas smpai ke beberapa negara dengan budaya yang bebeda.
            Dalam akuntansi perilaku ini menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap informasi akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhadap perilaku, dampaksistem responsibility accounting terhadap perilaku, dampak sistem disentralisasi ataupun sentralisasi. Pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam sistem pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam pengmbilan keputusan, faktor perilaku dalam capital budgeting, aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi dalam sumber daya manusia dan sebagainya. Menurut Siegel, Ramanauskbas, dan Marconi (1998) ada tiga bagian:
1.    Pengaruh perilaku manusia  terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi. Akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang dpat mempengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.Misalnya apakah manajemen yang bersifat risk averse. Pengawasan yang ketat dan yang longgar dapt mempengaruhi desain sistem pengawasan.
2.    Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bagaman sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas, pengambiln keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama. Misalnya bagaiman bujet yang dapat menciptakan produktivitas atau motivasi, bujet yang ketat atau longgar.
3.    Metode meramalkan dan strategi untuk mengbah perilku manusia. Bagaiman sistem akuntansi dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia misalnya memperketat atau memperlonggar sistem pengawasan, memberikn pola kompensasi yang dapat mempengaruhi perilaku misalnya dengan ESOP (Employee Stock Ownership Program), sistem pelaporan prestasi, sistem pemberian reward and penalties terhadap prestasi.
             
Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusiadan mempengaruhi organisasi.
Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupundari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasiakuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagikemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalamwujud penetapan standar-standar kerja.
Standar-standar kerja tersebut dapatdihasilkan dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketikapelaksana sistem informasi akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yangdiharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal dalam pengambilankeputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam memberikanevaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk itu motivasi danperilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem informasiakuntansi.
Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi duakelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah,investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja.Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu pihak ekstern,juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang disediakansebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkanaspek keperilakuan dalam akuntansi.
Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisaditerima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapatmuncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosialtidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalammengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

D.      Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi
1.    Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini.
2. Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
3. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Sum                              


DAFTAR PUSTAKA

______. 2011. Kasus Enron. [internet]:

______. 2009. Pentingnya Laporan Kinerja Keuangan. [internet]:

______. 2010. Contoh Kasus Pelanggaran Etika. [internet]:

Harahaf, sofyan safri. 2011. Akuntansi Keperilakuan. [internet].
Diakses: 2 April 2016

Karliza, Isti. 2013. Akuntansi Perilaku. [internet]:
Diakses: 2 April 2016


Jangan lupa coment dan sharenya yah :) Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar