HAMBATAN KOMUNIKASI
A.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi
berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang
berartisamaataumenjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang
lain, berartikita berusaha agarapa yang disampaikan kepada orang lain tersebut
menjadi miliknya.
Beberapa definisi
komunikasi adalah:
1.
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung
arti/makna yang perludipahami bersama olehpihak yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi(Astrid).
2.
Komunikasi adalah kegiatan
perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau
perasaan (Roben.J.G).
3.
Komunikasi adalah
sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain
(Davis, 1981).
B. HAMBATAN PSIKOLOGIS
Hambatan komunikasi
massa yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah kepentingan (interest),
prasangka (prejudice), stereotip (stereotype), dan motivasi (motivation).
Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
a.
Kepentingan (Interest)
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang
selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya memperhatikan
perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Effendy (komala
dalam karlinah, dkk. 1999) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita
tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun, maka
kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mugkin dapat dimakan
dari pada yang lain-lainnya.
b.
Pransangka (prejudice)
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang
tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka (komala, dala Karlinah, dkk. 1999). Untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu secara
singkat pengertian persepsi.
Presepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, pada komala, dalam
karlinah. 1999) persepsi itu ditentukan oleh faktor personal dan faktor
situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (komala, dalam Karlinah.
1999) menyebutkan sebagai faktor fungsional dan faktor struktural.
c.
Stereotip (Stereotype)
Prasangka sosial
bergandengan dengan stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak
negatif (Gerungan,pada komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Stereotip mengenai
orang lain atau itu sudah terbentuk pada orang yang berprasangka, meski
sesungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul dengan orang yang
diprasangkainya.
d.
Motivasi (Motivation)
Semua tingkah laku
manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu
pengertian yang melingkupisemua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan
dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.
Gerungan
menjelaskan,dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, kita harus
mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya dan mengapa ia
melakukan itu, dengan kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui know what, know
how, dan know why.dalam masalah ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan
pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatanya, karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia.
C.
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
a.
Aneka
Etnik
Belasan ribu pulau yang
membenteng dari sabang sampai merauke merupakan kekayaan alam Indonesia yang
tidak ternilai harganya. Tiap-tiap pulau di huni oleh etnik yang berbeda.
Pulau-pulau besar, seperti pulau jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua
terbagi menjadi beberapa bagian, dimana tiap bagian memiliki budaya yang
berbeda.
b.
Perbedaan Norma Sosial
Perbedaan budaya
sekaligus juga menimbulkan perbadaan norma sosial yang berlaku pada
masing-masing etnik. Norma sosial dapat didefinisikan sebagai suatu cara,
kebiasaan, tat krama dan alat istiadat yang disampaikan secara turun temurun,
yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah
laku dalam masyarakat (disarikan dari Soekanto, 1982: 194).
Norma sosial mencerminkan
sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat
pengawas secara sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap
anggota-anggotanya.
Mengingat beragam norma
sosial yang berlaku di indonesia, maka tidak tertutup kemungkinan terhadap
pertentangan nilai, dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik
bagi suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya dan
sebaliknya.
c.
Kurang Mampu Berbahasa
Indonesia
Keragaman etnik telah
menyebabkan keragaman bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Dapat
dikatakan, jumlah bahasa yang ada di indonesia adalah sebanyak etnik yang ada.
Seperti kita ketahui bersama bahwa masyarakat Batak memiliki berbagai macam
bahasa batak. Masyarakat di Papua, Kalimantan juga demikian keadaannya. Jadi
sekalipun bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang selalu kita ucapkan
pada saat memperingati sumpah pemuda, kita tidak dapat menutup mata akan
kenyataan yang ada, yakni masih masih adanya masyarakat Indonesia, terutama di
daerah terpencil yang belum bisa berbahasa Indonesia. Hal ini dapat menyulitkan
penyebarluaskan kebijakan dan program-program pemerintah.
d.
Faktor Semantik
Semantik adalah pengetahuan
tentang pengertin atau makna kata yang sebenarnya. Jadi hambatan semantik
adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator,
maupun bahasa yang digunakan oleh komunikan. Hambatan semantis dalam
suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
Pertama, komunikator
salah mengucapkan kata-kata atau istilah sebagai akibat bebrbicara terlalu
cepat. Pada saat ia berbicara, pikiran dan perasaan belum terformulasika, namun
kata-kata terlanjur terucapkan. Maksudnya akan mengatakan “ demokrasi” jadi
“demonstrasi”; partisipasi menjadi “ partisisapi”; ketuhanan”jadi “kehutanan”,
dan masih banyak lagi kata-kata yang sering salah diucapkan karena
tergesa-gesa.
Kedua, adanya perbedaan
makna makna dan penegrtian untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat
aspek psikologi. Misalnya kata “Gedang”akan berarti”pepaya” bagi orang sund,
namun berarti “ pisang” menurut orang jawa. Sedangkan kata “pepaya” untuk orang
jawa adalah “ kates”.
Ketiga, adalah
adanya pengertian yang konotatf. Sebagaiman kita ketahui semantik pengetahuan
mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya. Kata-kata yang sebenarnya itu
disebut pengertain denotatif, yaitu kata-kata yang lazim diterima oleh
orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama (Efendy, pada komala, dalam
karlina, dkk, 1999).
e.
Pendidikan Belum Merata
Penduduk indonesia pada
saat ini sudah mencapai 200 juta jiwa dan tersebar diseluruh pulau dan
Nusantar. Ditinaju dari sudut pendidikan, maka tingkat pendidikan rakyat
indonesia belum merata. Di perkotaan, relatif banayak penduduk yang dapat
menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi, tetapi di
desa-desaterpencil, jangankan menyelesaikan perguruan tinggi kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Ini adalah kenyataan yang
tidak bisa dihindari, namun amat disadari oleh pemerintah, sehingga untuk
menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan program pendidikan sembilan
tahun.
f.
Hambatan Mekanis
Hambatan komunikasi massa
lainnya adalah hambatan teknis sebagai konsekuensi penggunaan media massa yang
dapat disebut sebagai hamabatn mekanis. Hambatan mekanis pada media televisi
terjadi pada saat stasiun atau pemancar penerima mendapat gangguan baik secara
teknis maupun akibat cuaca buruk, sehingga gambar yang diteima pada pesawat
televisi tidak jelas, buram, banayak garis atau tidak ada gambar sama sekali.
D.
HAMBATN INTERAKSI VERBAL
Devito,
pada komala, dalam karlinah, dkk. 1999, mengemukakan tujuh jenis hamabatan yang
sering terjadi pada komunikasi antara persona yang ia sebut sebagai baries to
verbal interaction. Dari ketujuh jenis hamabtan interaksi verbal tersebut
beberapa pula diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi mass, namun dengan
sedikit perbedaan. Apabila pda komunikasi antarapesona ahmbatan-hambatan itu
dapat terjadi pada pihak komunikator dan komunikan sekaligus secara
bersama-sama atau masing-masing, maka pada komunikasi massa hambatan tersebut
pada umumnya terjadi pada pihak komunika. Jenis-jenis hamabatan itu di
antaranya adalah :
a.
Polarisasi
Polarisasi ( polarization
) kencenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya
dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau
sakit, pandai atau bodoh, dan lainlain. Kita mempunyai kecenderungan kuat untuk
melihat titik-titik ekstrem dan mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian
dalam bentuk lawan kata yang ekstrem.
Diantara dua kutub atau
dua sisi yang berlawanan itu, sebagaian besar manusia atau keadaan berada di
tengah-tengah. Di antara yang sanagt miskin dan yang sangat kaya, kenyataannya
lebih banyak yang sedang-sedang saja. Di antara yang sangat baik dan sangat
buruk, lebih banyak yang cukup baik.
b.
Oreintasi Intensional
Oreintasi intensional (
intensional orientation ) mengcau pada kecenderungan kita untuk melihat
manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
Orientasi intensio-nal terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah
lebih penting daripada orangnya sendiri.
Dalam proses komunikasi
massa, orentasi internasioal biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap
komunikator, bukan sebaliknya. Misalnya, seorang presenter
yang berbicara dilayar televisi, dan kebetulan wajah presenter
tersebut tidak manarik ( kuarang cantik/ganteng ), maka komunikan akan
intensional menilainya sebagai tidak menarik sebelum kita mendengar apa yang
dikatakannya. Cara mengatasi oreintasi intensional adalah dengan
ekstensionalisas, yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada manusia,
benada atau kajadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.
c.
Evaluasi Statis
Pada suatu hari kita
melihat seorang komunikator X berbicara melalui pesawat televisi. Menurut
presepsi kita, cara berkomunikasi dan materi komunikasi yang dikemukakan
komunikator tersebut tidak baik, sehingga kita membuat abstraksi tentang
komunikator itupun tidak baik. Evaluasi kita tentang komunikator X
bersifat statis tetap seperti itu dan tidak beruba. Akibatnya, mungkin
selamanya kita tidak mau menonton atau mendengar komunikator X berbicara.
Tetapi seharusnya kita menyadari bahwa komunikastor X dari waktu ke waktu dapat
berubah, sehingga beberapa tahun kemudian ia dapat menyampaikan pesan secara
baik dan menarik.
d.
Indiskriminasi
Indiskriminasi (
indiscrimination ) terjadi bila ( komunikan ) memusatkan perhatian pada
kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing
bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara individual. Indiskriminasi
juga merupakan inti dari stereotip. Stereotip adalah gambaran mental yang menetap
tentang kelompok tertentu yang kita anggap berlaku untuk setiap orang (
anggota) dalam kelompok tersebut tanpa memperhatikan adanya kekhasan orang
bersangkutan. Terlepas dari apakah stereotip itu positif atau negatif, masalah
yang ditimbulkan tetap sama. Sikap ini membut kita mengambil jalan pintas yang
seringkali tidak tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar