Semakin kita mengenal sesuatu, maka akan
semakin tumbuh ketertarikan kita pada sesuatu itu maka akan semakin menarik
untuk mengetahuinya hingga serinci-rincinya dan hingga suatu titik anda akan
benar-benar merasa telah menemukan sesuatu yang sangat luar biasa, dan saat itu
anda akan jatuh pada kekaguman yang akan menumbuhkan perasaan takjub dan
kemudian disanalah aku (kembali) jatuh cinta.
Sungguh luar biasa cara Allah mengenalkanku
pada cahaya hidup ini, semenjak lahir aku hidup dilingkungan keluarga yang
tidak pernah memisahkan dunia dan akhirat. Mengenal shalat melalui ayah dan
ibu, tidak perlu belajar melalui sekolah untuk gerakan-gerakan shalat. Terlahir
dari anak serang imam desa sekaligus pimpinan daerah organisasi islam, membuat
citra islami melekat pada diriku padahal aku tak ubahnya anak-anak ABG biasa
yang shalatnya juga mesti dikontrol orang tua. Citra yang melekat itu membuatku
seakan terawasi oleh semua warga disekitarku, takut melukai citra positif ayah
dan ibuku yang juga seorang guru.
Menginjak masa SMA, Allah menakdirkan ku tinggal
bersama orang-orang yang memiliki citra yang amat islami. Aku harus sekamar
dengan dua orang yang jilbabnya sudah melekat semenjak mereka masih kecil, satu
lulusan tsanawiyah dan yang satunya seorang anak ustad dan sempat mengenyam
pendidikan disebuah perantren. Semua kembali terulang, aku yang saat itu baru mengenakan
jilbab kecipratan citra mereka. Takdir itu kemudian berlanjut, aku “terjebak”
di kalangan remaja mesjid sekolah, mungkin karena rajin ke mesjid, ustadz
mempercayakan aku mengurus mesjid sekolah. Disana citra itu semakin melekat,
kemudian berlanjut ketika aku harus pindah kamar bersama salah seorang teman
paling alim dari semua teman angkatanku.
Tidak berhenti disitu, semua kemabali terulang
di bangku kuliah. Sikapku yang serba ingin tahu dan cenderung semangat
mengetahui hal baru, membawaku pada sebuah lingkaran orang-orang berstatus
muslimah yang secara dzahir dan insyaAllah bathin juga termasuk islam kaffa. Ketika
semua temanku merasa takut berhadapan dengan mereka, maka aku merasa semakin
ingin tahu ada apa dengan mereka. Disanalah aku memulai perjalananku, pencarian
pada keyakinan yang telah melekat pada ku semenjak lahir. Terasa begitu hambar
rasanya jika aku mengerjakan sesuatu tanpa aku tahu kenapa aku harus
meyakininya.
Aku mulai mengenal agamaku, mengenal syahadat
yang telah aku persaksikan di alam rahim, mengenal sang Nabi Muhammad SAW. Yang
telah menempuh sekian banyak hal hingga saat ini islam bisa kuyakini, mengenal
para sahabat seperjuangan Rasulullah yang betul-betul faham makna Lailahaillalah, mengenal para mujahid
yang sebenarnya, dan mengenal panglima perang yang tanpa menghunus pedangnya
mampu mengislamkan seorang panglima romawi adik kaisar romawi saat itu Khalid
bin walid. Aku jatuh cinta pada Agamaku lagi. Mereka yang aku kenal itu telah
menyulapku menjadi seorang seperti mereka, penyambung mereka menyampaikan apa
yang mereka bawa kepada saudaraku yang lain dalam sebuah pengaturan organisasi.
2 tahun berlalu,tapi kawan, kalian pasti tahu,
saat ini islamfobiah tengah melanda masyarakat dunia. ISIS, Syiah mereka
menjadi akarnya. Batin ini serasa sesak melihat agamaku yang penuh cahaya ini
dianggap “pembunuh” paling bengis didunia. Dan kalian tahu, bukan hanya itu,
didepan mataku bahkan saudara muslimku yang masing-masing mengaku membawa islam
yang kaffah saling berebut “tempat”. Miris rasanya, bukankah kita sama-sama
ingin mengembalikan islam yang bercahaya didunia ini??? islam yang mendamaikan,
islam yang menarik orang-orang untuk bersyahadat karena mereka merasa islam itu
adalah cahaya???
Gairah ku mulai meredup, perjuangan rasanya tak
berarah lagi. bagiku lebih baik berdiam dibanding harus bergerak tanpa tujuan
dan tanpa ruh. Kutelisik lagi apa yang selama ini aku lakukan, melihat dari
hatiku saat itu. Dan yang kutemukan semakin menyedihkan, apa benar-benar aku
melakukan ini seperi mereka yang membuatku jatuh cinta pada Agama ini??? apakah
aku benar-benar ingin membuat saudaraku jatuh cinta pada agama ini?? atau hanya
pada golongan ini??
Adakalanya kita harus berhenti sejenak agar
cinta itu bisa tumbuh kembali sehingga cinta itu bisa kubagi kepada
saudara-saudara ku. Hari itu, Allah menggerakkan hatiku membaca sebuah risalah
perjalanan panjang islam di benua modern Eropa. Kisah perjalanan seorang
muslimah menemukan “99 cahaya dilangit eropa” sungguh menginspirasi melihat
betapa Agama ku ini telah menyelamatkan puluhan juta warga benua biru itu dari
zaman kegelapan. Ketika agama saat itu memegang seluruh kehidupan manusia,
disaat yang begitu sulit kehidupan ini bagi manusia dan menggantungkan seluruh
hidupnya pada pemuka agama meraka. Agamaku datang dengan sinarnya di Alndalusia
spanyol, sumber ilmu pengetahuan. Disanalah benua paling modern saat ini itu
memulai pengembaraannya tentang ilmu pengetahuan yang membuatnya kini semakin
maju. Kisah penaklukkan constantinopel yang setelahnya semakin membawa kerajaan
itu semakin damai. Kisah para raja-raja saat itu begitu mengagumi budaya dan
segala hal tentang islam, bisa dibilang mereka adalah para “followers” saat
itu, kisah garis lurus diparis yang mengarah pada satu bangunan pusat bumi dan
kisah-kisah lainnya. Aku jatuh cinta (lagi) untuk yang kesekian kalinya.
Kawan betapa damainya agamaku ini, cahaya
diatas cahaya. Penuh kedamaian, penuh cinta dan yang paling penting agamaku tak
pernah mendiskreditkan ilmu pengetahuan. Islam subur dan mampu menyelamatkan
Eropa karena perpaduan yang apik antara agama dan sains. Itulah yang hilang
saat ini, semuanya bahkan. Kedamaian, cinta dan sains. Kedamaian berganti
perang, angkat senjata. Cinta berganti dengan fanatik golongan dan sains
didiskreditkan sebagai perusak moral. Kawan jika sains ini dikuasai orang-orang
kafir maka saat itulah kita harus benar-benar ketakutan dan itu telah terjadi
saat ini. kalau kita pasif hanya beribadah demi akhirat kita, lalu siapa ummat
muslim yang ingin merebut kendali dunia untuk mengubah dunia saat ini?? kawan,
jadilah orang-orang yang cerdas dibidangmu, balut dengan cinta dan kedamaian
sikapmu dan tunjukkan pada dunia, islam yang telah diperjuangkan Rasulullah,
sahabat, sahabiyah dan para mujahid. Buka dengan mengangkat senjata menghujam
rudal, tatapan kebencian, saling berebut simpatisan berteriak dijalanan tapi
dengan menjadi “Agen muslim cerdas pembangun peradaban”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar