Aneh, tapi ini
yang kurasa. Marah, sedih, kecewa bercampur jadi satu. Tapi tak tau harus marah
pada siapa, sedih karena apa dan kecewa untuk hal apa. Hati ini ingin berontak,
berteriak sekeras-kerasnya, menangis sejadi-jadinya. Kudapati perasaan ini
beberapa hari yang lalu, tak enak, sungguh tak enak. Tapi aku bersyukur, aku
masih punya Tuhan yang selalu mengingatkanku hingga perasaan itu hanya sampai
pada dasar hati saja, tak sempat menampakkan diri, tak sempat meringsek kedalam
fikiran. Hanya sekelebat saja ia berlalu, tapi hitungan beberapa menit itu
sungguh sangat lama kurasa.
Kalian tahu apa
yang kufikirkan saat itu, jahat, sungguh sangat jahat diriku. Malu rasanya jika
mengingat hal itu, aku bilang pada diriku saat itu bahwa aku jauh lebih baik
darinya, aku bisa mendapatkannya dalam sekejab saja jika aku mau. Ria itu
muncul begitu saja, kawan, kaliah tau musuh kita begitu lihai mempermainkan
kita. Aku sangat yakin saat itu mereka bertepuk tangan kegirangan.
Menyesal, hanya
perasaan sesal yang aku rasa ketika kesadaranku kembali, aku tak tau apakah
masih tersisa amalanku yang kuyakin tak seberapa itu dan harus terkikis lagi
dibeberapa detik itu.kalian ingat sabda nabi kita, bahwa tidak akan masuk
syurga bagi orang yang ada dalam dirinya rasa sombong walau hanya sedikit?? .
tak kalian kira betapa takutnya diriku saat itu.
Dari sini
semakin aku bisa melihat, mungkin benar yang kukatakan tempo hari kepada
seorang teman, bahwa kau hadir di kehidupanku saat ini sebagai ujian bagiku. Ku
akui kau berhasil membuatku cemburu (sepertinya). Ingin rasanya ku bernegosiasi
dengan mu, berharap kau menerima tawaranku agar membantuku. untuk saat ini aku
sangat berharap kau jauh dariku, jika perlu jangan tak usah bertemu, seperti
dulu, saat kita hanya teman seangkatan, hanya saling kenal nama saja. Sudah,
begitu saja itu jauh lebih baik.
Tak susahkan
keinginan ku? Tapi yang susah adalah bagaimana aku menyampaikannya? Kau tau
betapa susahnya menjaga hati ini? kau tau betapa liar nya hati ini? ntah kau
merasakan hal yang sama denganku atau tidak. Jalan terbaik kini hanya berharap
Allah menyampaikan maksudku. Bukankah Allah yang memegang hatiku dan hatimu
hingga Ia berkuasa berkehendak atasnya.
Ini surat untukmu, surat
permohonan yang tak pernah terkirim…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar