Senin, 14 September 2015

Sepucuk Surat yang Tak Pernah Terkirim



Aneh, tapi ini yang kurasa. Marah, sedih, kecewa bercampur jadi satu. Tapi tak tau harus marah pada siapa, sedih karena apa dan kecewa untuk hal apa. Hati ini ingin berontak, berteriak sekeras-kerasnya, menangis sejadi-jadinya. Kudapati perasaan ini beberapa hari yang lalu, tak enak, sungguh tak enak. Tapi aku bersyukur, aku masih punya Tuhan yang selalu mengingatkanku hingga perasaan itu hanya sampai pada dasar hati saja, tak sempat menampakkan diri, tak sempat meringsek kedalam fikiran. Hanya sekelebat saja ia berlalu, tapi hitungan beberapa menit itu sungguh sangat lama kurasa.
Kalian tahu apa yang kufikirkan saat itu, jahat, sungguh sangat jahat diriku. Malu rasanya jika mengingat hal itu, aku bilang pada diriku saat itu bahwa aku jauh lebih baik darinya, aku bisa mendapatkannya dalam sekejab saja jika aku mau. Ria itu muncul begitu saja, kawan, kaliah tau musuh kita begitu lihai mempermainkan kita. Aku sangat yakin saat itu mereka bertepuk tangan kegirangan.
Menyesal, hanya perasaan sesal yang aku rasa ketika kesadaranku kembali, aku tak tau apakah masih tersisa amalanku yang kuyakin tak seberapa itu dan harus terkikis lagi dibeberapa detik itu.kalian ingat sabda nabi kita, bahwa tidak akan masuk syurga bagi orang yang ada dalam dirinya rasa sombong walau hanya sedikit?? . tak kalian kira betapa takutnya diriku saat itu.
Dari sini semakin aku bisa melihat, mungkin benar yang kukatakan tempo hari kepada seorang teman, bahwa kau hadir di kehidupanku saat ini sebagai ujian bagiku. Ku akui kau berhasil membuatku cemburu (sepertinya). Ingin rasanya ku bernegosiasi dengan mu, berharap kau menerima tawaranku agar membantuku. untuk saat ini aku sangat berharap kau jauh dariku, jika perlu jangan tak usah bertemu, seperti dulu, saat kita hanya teman seangkatan, hanya saling kenal nama saja. Sudah, begitu saja itu jauh lebih baik.
Tak susahkan keinginan ku? Tapi yang susah adalah bagaimana aku menyampaikannya? Kau tau betapa susahnya menjaga hati ini? kau tau betapa liar nya hati ini? ntah kau merasakan hal yang sama denganku atau tidak. Jalan terbaik kini hanya berharap Allah menyampaikan maksudku. Bukankah Allah yang memegang hatiku dan hatimu hingga Ia berkuasa berkehendak atasnya.
Ini surat untukmu, surat permohonan yang tak pernah terkirim…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar