Rabu, 17 September 2014

Dua dimensi tak sama
Hidup selalu penuh kejutan, yang tak pernah terbayangkan menjadi nyata, Yang selalu terbayangkan menjadi fatamorgana yang tak kunjung nyata. Kisah ini dimulai dengan satu tujuan, tujuan sederhana seorang mahasiswa yang penuh ambisi. Menjadi sukses dan bisa disombngkan orang tua ketika bertemu dengan teman lama mereka. Aku hanya ingin, mama bisa dengan bangganya menyebutkan nama anaknya beserta deretan titel dan mengatakan aku tengah sibuk dengan pekerjaanku dibelakang meja. Belajar dengan baik dibangku kuliah, bersahabat dengan siapa saja apa lagi dengan mereka yang berlatar belakang keluarga terpandang agar koneksi bisa lancar dimana-mana. Disukai semua orang banyak penggemar dan pengagum.

Hidup disebuah dimensi,
Kuliah….kos…perpustakaan kadang-kadang untuk menghilangkan penat mol-mol menjadi tempat mencari sepotong semangat yang hilang meski sepulang dari sana kaki menjadi begitu pegal tak terkira. Hingga akhirnya ada dimensi lain yang magnetnya berhasil menarikku sedikit demi sedikit hingga satu kakiku telah menyebrangi dimensi itu.

Disana ada dimensi yang lain,
Perlahan namun pasti, pintunya yang selalu terbuka lebar menimbulkan instin kepo ku, aku sudah berada didepan pintu itu, bisa kuterawang dengan samar-samar apa yang ada didalam sana. Yang kulihat begitu indah… kehidupan yang damai, santun dan ketulusan dimana-mana. Kakiku hampir melangkah masuk, sedikit lagi….. dijarak ini aku sudah tau bahwa aku akan melepaskan sebagian dari diriku jika ingin berada disana. Ini yang membuatku menahan langkah ku berikutnya,

Ada yang memanggil dari sana,
Tak kusangka ada yang tengah memperhatikanku dari sana. Dia tau apa yang sedang aku fikirkan. Tanganya mengelus manja kepalaku dan menarik tanganku, mengatakan “kau tak harus melepaskan apapun untuk masuk kesini”. Sepertinya dia tertipu, aku bukanlah mahasiswa baru yang polos, aku tahu itu bohong.

Aku, diriku dan dimesi kehidupanku
Langkahku tertahan disana, agak sedikit mundur bahkan. Aku tak suka yang seperti itu. Ini dia kehidupan yang sebenarnya, disaat kau tak boleh begitu mudahnya percaya pada siapa pun. Maka sedikit aku diam disana, terduduk sejenak, berbicara pada diriku.. apakah disana aku akan damai?? Menemukan ketenangan??
Bersambung….