Rabu, 11 Mei 2016

(Teori Akuntansi) KONSEP BIAYA



A.      Pengertian Biaya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebt dengan biaya. FASB (1980)mendefinisikan  biaya sebagai aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.
Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaa (beban) sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengkibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (pararap 70).
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang terlebih dahulu. Konseptual baiya lebih bersifat penurunan aktiva daripada kenaikan hutang. Biaya akan terjadi bila produk tertentu diserahkan untuk menciptakan pendapatan. Penggunaan aktiva dapat dikatakan sebagai biaya apabila penggunaan tersebut berkaitan langsung dengan penyerahan produk (menghasilkan pendapa tan) dan bukan pengubahan aktiva menjadi potensi  jasa(aktiva lain) yang lain.
Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) sebagai akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan. Misalnya, perusahaan menggunakan jasa tenaga kerja dan pgaji tenaga kerja tersebut dibayar dengan kas atau aktiva lain. Pemakaian jasa tresebut jelas menunjukkan adanya penurunan nilai aktiva (berkurangnya kas atau aktiva lain). Apabila tenaga kerja tersebut tidak langsung dibayar atau dibayar di lain waktu, maka penggunaan jasa tenaga kerja tersebut akan menaikkan hutang. Sementara itu, bila tenaga kerja dibayar dengan sejumlah tertentu saham, penggunaan tenaga kerja akan menambah stockholder’s equity.

B.       BIAYA DAN RUGI (LOSSES)
Atas dasar definisi biaya diatas dapat dikatakan bahwa yang termasuk biaya hanya cost yang benar-benar dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Penggunaan aktiva atau pengurangan cost aktiva yang tidak berkaitan dengan proses memperoleh pendapatan seharusnya dikelompokan sebagai rugi(losses). Memang rugi dan biaya merupakan perubahan-perubahan yang relevan, yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan laba perusahaan. Akan tetapi, hanya biaya yang harus ditandingkan dengan pendapatan pada periode terjadinya.
Agar pemakai laporan keuangan mendapatkan tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba komprehensif. Rugi sebaiknya disajikan terpisah dari biaya. Koreksi terhadap besarnya biaya periode terdahulu, tiak dapat diperlakukan sebagai rugi. Koreksi tersebut harus diklasifikasikan secara terpisahsebagai “koreksi kesalahan periode sebelumnya”.
Dari definisi yang terdapat dalam konsep dasarpenyusunan dan penyajian laporan keuangan, IAI (1990) tidak  memisahakan biaya dengan rugi. Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1990) bahkan secara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada paragrap 78 berikut ini “Kerugian termasuk dalam kelook beban”.
C.      PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA
1.      Pengukuran Biaya
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran biaya dapat didasarka pada:
a.         Cost Historis
Cost historis merupakan jumlh rupiah kas atua setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas dasar cost historis, dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya.
b.        Cost Pengganti/Cost Masukan Terkini (Replacement Cost/ Curent Input Cost)
Cost masukan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
c.         Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva dipasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini
Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktik yang paling banyak digunakan untuk mengukur biaya adalah cost historis.
2.      Pengakuan Biaya
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu: (a) Sebagai aktiva(potensi jasa) dan (b) Sebagai beban pendapatan (biaya). Atas dasar konsep kontinuitas  usaha, cost mula-mula diperlakukan sebagai aktiva dan kemuian baru diperlakukan sebagai pengurang pendapatan(biaya). Misalnya, cost persediaan ada awalnya dicatat/di akui sebagai aktiva. Apabila cost tersebut telah dinytakan keluar (dijual) untuk menghasilkan pendapatan, maka cost tersebut dinyatakan sebagai biaya, dengan nama cost barang terjual (cost of goods sold).

D.      BASIS ASOSIASI ANTARA BIAYA DAN PENDAPATAN
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi dibahas berikut ini.
1.        Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang paling tidak masuk akal adalah sebab akibat walaupun basis ini lebih merupakan asumsi dari pada kenyataan karena dalam banyak hal sulit dibuktikan secara meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.
2.        Alokasi Sistemantik dan Rasional
Alokasi sistemantik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam pengakuan biaya, diasumsikan bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda bukannya produk.
3.        Pembebanan arbitrer
Kalau tidak ada alasan yang kuat untuk menunda pembebanan kos untuk mencapai penandingan sebab akibat dan juga tidak ada dasar alokasi yang layak, suatu kos biasanya akan langsung dibebankan dalam perioda terjadinya. Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan pengakuan rugi. Kos suatu potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau terbukti bahwa manfaat ekonomiknya menjadi lenyap atau berkurang.
E.       Hubungan Kos dan Biaya
Beberapa sumber mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan pengertian kos karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Akan tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset.
Dengan kos sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat dinyatakan dalam bentuk keterbatasan kos (cost expiration). Kriteria konsumsi lebih berkaitan dengan pengakuan biaya sehingga kriteria ini oleh paton dan Littlen (1970) disebut kehabisan kos penciptaan pendapatan (revenue producing cost expiration) sedangkan kriteria kelenyapan lebih berkaiatan dengan rugi sehingga krtiteria ini dapat disebut keterhabisan kos non penciptaan pendapatan (not revenue produsing cost expiration).
F.       Proses dan Konsep Penandingan
Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan lebih bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena alasan berikut:
1.        Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun.
2.        Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.
Kelayakan Ekonomik
Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau jasa secara fisis tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan ekonomik (economic reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata.
Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang (ekspedisi), dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah netonya dicatat dalam akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah netonya. Perlakuan semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang mempresentasi upaya harus tetap dicatat sebagai kos (atau biaya kalau langsung dibebankan). Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh sebagai pendapatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar