Senin, 31 Agustus 2015

DIA YANG INGIN KUCERITAKAN (part 2)


Terlalu banyak sudah cerita yang mengunggu untuk diselsaikan, tapi ilham itu sepertinya baru datang hari ini, setelah seorang teman bercerita tentang tulisannya. Seorang teman yang akan kuceritakan selanjutnya...
Setelah menyelesaikan proses pendaftaran dicalon sekolah kami, mobil om ku terhenti sesaat sebelum meninggalkan pintu gerbang sekolah. Ia memanggil seorang laki-laki berbadan sedikit kurus, laki-laki itu kemudian menghapiri mobil. Sepertinya mereka cukup akrab, tapi lelaki itu tak sendiri ada seorang anak perempuan berbadan mungil hampir sama dengan ku. Hanya saja badannya sedikit lebih bulat (kayak doraemon hehe). Sepertinya dia agak pemalu, dia Cuma tersenyum kemudian menunduk ketika om ku memperkenalkan kami. Saya hanya tau namanya “Ica’”.
Sesingkat itulah pertemuan kami. Beberapa hari sebelum jadwal tes di sekolah, aku dan evie menginap dirumah om ku, dan ternyata anak bulat (peace ica’) itu akan bergabung bersama kami. Hmm seperti yang kuduga, dia pemalu bukan main, kontras dengan kami berdua yang sepertinya tak “punya” malu (hahaha). Hanya sepatah atau dua kata yang iya keluarkan dari mulutnya, kalo bukan “iye”, “tidak ji” atau hanya sekedar tersenyum saja.
Malam harinya sebelum tes dimulai, kami berada dalam satu kamar yang cukup sempit. Berusaha belajar mengerjakan soal-soal, saling membantu mengerjakan soal dan tampaknya Ica’ lebih unggul soal hitung-hitung dibanding kami (jadi malu hihi). Beberapa menit berlalu dengan buku dihadapan kami, mencoba mengerjakan soal demi soal tapi.... beberapa menit selanjutnya naluri wanita kami keluar. Akhirnya hanya percakapan tentang beberapa cerita SMA masing-masing membuat kami melupakan bahwa besok kami akan berjuang berjam-jam dihadapan soal masing-masing demi mimpi kami bersekolah di sekolah Unggulan (katanya :D).
Keesokan harinya kami menjalani tes dari pagi hingga siang hari. Ahh tak perlu kuceritakan soal tes itu, ceritanya tak terlalu istimewa hingga sampai sekarang aku tak begitu mengingatnya. Setelah pulang kerumah, ternyata tante ku tengah membuat kue dan kami pun turut membantu. Disanalah kami kembali berbagi cerita, membuat kami semakin akrab dia sepertinya tak lagi secanggung kemarin. Sesaat kami melupakan bahwa sore ini juga akan diumumkan hasil tes tahap 1.
Sore harinya, dengan sedikit tegang kami menanti pengumuman dan... kami lulus. Terbersit di otakku bahwa inilah hasil “belajar” kami semalam haha. Dan malam harinya kami kembali mempersiapkan untuk tes wawancara esok hari. Karna esoknya adalah wawancara, maka kami pun tes wawancara masing-masing alias belajarnya hanya diisi dengan tertawa, cerita dan akhirnya dia menunjukkan keahlian terpendamnya. Ternyata tangannya yang bulat itu lebih dari biasa, luar biasa kemampuan “menciptanya” di atas kertas. Kupandangi tanganku sendiri, sama, punya 5 jari juga tapi aku tau pesis rasa yang dimilikinya berbeda dari yang aku punya. Yang aku tahu kini darinya bahwa ia adalah orang yang memiliki perasaan yang dalam, mata, hati dan otaknya dapat ia tuanggakan melalui jarinya. Ia punya cara sendiri menyampaikan rasa itu, menyampaikan dunianya kepada orang lain. She is Ica’, dia berbeda dan istimewa.
Esok harinya aku lebih cepat selesai dibanding ica’ dan evie makanya aku harus duduk menunggu mereka. Duduk sendiri membuat fikiranku melayang, kupandangi langit diatasku, langit yang sangat ingin aku temui esok lagi, langit yang sangat ingin aku berada dibawahnya tiga tahun kedepan. fikiranku kemudian melayang dengan apa yang lakuakan tadi malam, aku ingin berada di bawah langit ini bersama kalian. Sedikit takut jika percakapan tadi malam akan berakhir menjadi cerita yang sangat pendek. Seseorang menepuk bahuku dari belakang dan itu kalian J.
Sore harinya, sedikit lebih tegang dari kemarin karena hari ini kami tak melakukan apa-apa di rumah. Kami hanya mengunggu saja sambil mengepak tas kami. Entah kami akan pulang dan kembali lagi atau kami akan pulang dan tak kembali lagi.
Jam menunjukkan pukul 4 sore, katanya pengumumannya jam 5 sore. Kami tiba disekolah itu, di depan sebuah papan berwarna kuning, ternyata “Langit” menginginkan aku kembali disana menjalan 3 tahun kedepan bersama kalian J.
Bersambung.....